Tak Berkategori

Mengenang Guru H Abdul Khaliq (1), Anak Yatim yang Diasuh Qari Senior Kalsel

apahabar.com, MARTAPURA – Menjadi yatim-piatu di usia belia, membuat Guru H Abdul Khaliq kecil diboyong Guru…

Featured-Image
Guru H Abdul Khaliq bersama KH Syukeri Unus, Martapura.Foto-Istimewa

bakabar.com, MARTAPURA - Menjadi yatim-piatu di usia belia, membuat Guru H Abdul Khaliq kecil diboyong Guru H Abdul Mutthalib ke Martapura. Di bawah asuhan qari senior Kalsel itu, Guru Khaliq tumbuh menjadi pelantun Alqur'an terkenal hingga mengajar di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura.

Guru H Abdul Khaliq adalah Qari tetap di musholla Ar Raudhah Sekumpul, yang ditunjuk langsung oleh Abah Guru Sekumpul. Semula ada usulan untuk berganti-ganti qari, namun Abah Guru Sekumpul tetap memilih pengajar tafsir di Pondok Pesantren Darussalam itu.

Almarhum Guru H Abdul Khaliq, menurut Guru H Muhammad Husin, dilahirkan di desa Matangkarangan Kabupaten Tapin pada 13 September 1959. Di usia yang masih belia, beliau menjadi yatim-piatu setelah ditinggalkan dua orangtuanya.

"Sejak kecil, bakatnya dalam melantunkan ayat suci Alqur'an sudah muncul. Bahkan, beliau sudah menjadi juara MTQ di tingkat provinsi semasa di bangku ibtidaiyah," ujar Ketua Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

Melihat bakat itu, Tuan Guru H Abdul Muthalib -Qari senior Kalimantan Selatan- mengangkatnya sebagai anak. Beliau pun dibawa ke Martapura pada tahun 1976, diasuh layaknya anak kandung.

Di bawah asuhan Tuan Guru H Abdul Muthalib, bakat Guru Khaliq dalam melantunkan Alqur'an semakin terasah. Beliau kerap diminta menjadi pengisi acara (qari) di berbagai acara keagamaan seperti peringatan hari besar Islam dan acara haul ulama.

Guru Syairozi bin Tuan Guru H Marhasan menambahkan, setelah tinggal di Martapura, Guru Khaliq belajar di Pondok Pesantren Darussalam dan lulus pada 1982 M. Setelah lulus, beliau mengajar di Pondok pesantren Darussalam tahun 1983.

"Pertama kali mengajar di Muallimin Darussalam, sekolah persiapan bagi yang sudah siap mengajar," jelas Guru Sairozi -saudara ipara Guru Khaliq-.

Setelah di Muallimin, Guru Khaliq, kemudian ikut mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Yakni di bidang Alqur'an, seperti tajwid dan tafsir Alqur'an.

"Tafsir Jalalain," ujar Guru Syairozi yang juga reka mengajar guru Khaliq di Pondok Pesantren Darussalam.

Selain menjadi pengajar di Pondok Pesantren Darussalam, Guru Khaliq juga menggelar majelis di kediaman beliau di desa Pasayangan, Martapura.

Hal itu diungkapkan anak kedua Guru Khaliq, Akhmad Munawwir.

"Pada awalnya hanya 3 orang murid yang belajar, setelah itu mulai banyak hingga rumah tidak memuat. Maka majelis pun dipindah ke Masjid Al Karomah Martapura," terangnya.

Rutinitas keseharian Guru Khaliq selain mengajar, menurut Munawwir, adalah menjadi qari di berbagai acara keagamaan, qari dan muaddzin di Masjid Al Karomah dan di Majelis Ar Raudhah Sekumpul, Martapura.

Rutinitas itu istiqomah dijalankan Guru Khaliq semampunya hingga akhir hayat beliau di Rumah Sakit Ratu Zaleha pada Sabtu 2 Februari 2019, tepat adzan shalat isya.

Sebelumnya, Guru Khaliq dikabarkan menderita penyakit kencing manis selama 20 tahun, dan harus cuci darah dua kali seminggu di 7 bulan terakhir menjelang kewafatan beliau.

Jenazah dimakamkan di Alkah Pasayangan Martapura tepat saat adzan shalat ashar menggema.

Guru Abdul Khaliq meninggalkan istri bernama Hj Nur Makhrojiah, dan 4 anak; Nur Mudiah, Akhmad Munawwir, Muhammad, dan Khodijah.

Baca Juga:Begini Ceritanya Guru Khaliq Menjadi Qari di Sekumpul

Baca Juga:Qari Sekumpul Bermimpi Dijemput Abah Guru, Ini Penjelasan Keluarga

Reporter: Reza Rifhani
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner