Tak Berkategori

Bagasi Pesawat Berbayar, Penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Turun

apahabar.com, BANJARMASIN – Penurunan jumlah penumpang pesawat seakan menjadi hal lumrah setiap memasuki awal tahun. Kondisi…

Featured-Image
Pengelola Bandara Syamsudin Noor mencatatkan terjadinya penurunan penumpang kala musim sepi penumpang, seperti sekarang. Foto-RRI

bakabar.com, BANJARMASIN – Penurunan jumlah penumpang pesawat seakan menjadi hal lumrah setiap memasuki awal tahun. Kondisi serupa terjadi di Kalimantan Selatan.

PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandara Syamsudin Noor mencatatkan penurunan terjadi kala musim sepi penumpang, seperti sekarang.

“Penurunan penerbangan bukan karena bagasi, sebenarnya karena low season saja,” ujar Rully Artha Manager Operasi Angkasa Pura I Syamsudin Noor, Selasa (5/2) dihubungi bakabar.com.

Sebagai pengingat, terhitung Selasa 22 Januari lalu, sejumlah maskapai penerbangan mulai menerapkan kebijakan baru, yakni bagasi berbayar. Rully menyebut penurunan jumlah penumpang lumrah terjadi jika memasuki awal tahun. Hal serupa, kata dia, juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya, yakni pada 2017 atau 2018.

Di samping itu, Rully mengungkapkan, jika peningkatan penumpang turut terjadi dalam dua tahun belakangan. Untuk 2018, misalnya, tercatat ada 300 ribu lebih penumpang penerbangan yang datang. Naik 7,7 persen jika dibandingkan 2017.

“Di tempat kita, penerapan biaya bagasi itu enggak pengaruh. Kalau kita lihat penumpang, mereka mulai mengurangi barang bawaan,” katanya.

Rully memperkirakan, sepinya jumlah penumpang akan berakhir pada pekan keempat. “Biasanya jumlah penumpang akan kembali normal pada Maret mendatang.”

Penurunan jumlah penumpang yang terjadi di Pulau Jawa dan di Kalimantan menurutnya tak bisa disamaratakan. Adanya kenaikan biaya bagasi atau tiket pesawat, para penumpang di Jawa akan mudah beralih ke mode tranportasi darat. Di Kalimantan, kata dia, masyarakat cenderung menggunakan pesawat dibanding mengunakan kapal laut.

“Kalau di Jawa penerapan bagasi berbayar, penumpang akan memanfaatkan jalur darat,” ucapnya.

Sebelumnya, penerapan kebijakan bagasi berbayar ini mengundang beragam respon dari para pihak terkait. Kepada bakabar.com, Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan Dahnial Kifli menyebut kebijakan baru ini akan berpengaruh pada pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata.

“Jelas ada pengaruhnya, pada wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung. Pariwisata ini multi sektor, termasuk mengurangi pemasukan daerah,” ujar Dahnial Kifli, Senin (2/4) lalu, kepada bakabar.com.

Senada, Mohammad Zainul, Ekonom Kalimantan Selatan menilai penerapan kebijakan bagasi berbayar dapat memicu angka kemiskinan sekaligus mematikan usaha kecil di Kalimantan Selatan.

Kebijakan yang diambil Lion Group, kata dia, tak hanya merugikan penumpang, tapi juga menimbulkan efek berbagai sektor, misalnya, penurunan jumlah wisatawan hingga 'menyenggol' Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Bagasi berbayar, akan mempengaruhi permintaan produk kerajinan atau buah tangan yang dibawa dari daerah lain," ujar akademisi asal Universitas Islam Muhammad Arsyad Al Banjari, belum lama ini.

Sementara, terkait persoalan ini Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Express Indonesia (Asperindo) sudah mengirimkan surat secara resmi kepada Presiden RI Joko Widodo. Kegelisahan itu tak terlepas dari biaya pengiriman yang melonjak naik dalam lima bulan terakhir.

"Kami berharap bapak presiden bisa mengintervensi, tapi bukan intervensi untuk menurunkan harga atau menghilangkan harga pengiriman. Tapi mengintervensi potensi potensi terjadi inflasi," ucap Wakil Ketua DPP Asperindo, Budi Paryanto pada Muswil V Asperindo di Banjarmasin, Kamis (31/1) lalu.

Baca Juga:Ekonom Kalsel: Bagasi Pesawat Berbayar Berpotensi Matikan Usaha Kecil

Reporter: Rizal Khalqi
Editor: Fariz Fadhillah

Komentar
Banner
Banner