bakabar.com BANJARBARU – Pemadam kebakaran kerap kesulitan memadamkan api manakala kebakaran terjadi di kawasan lahan gambut khususnya Kecamatan Landasan Ulin. Puluhan sumur bor gambut di sana tak berfungsinya sama sekali. Setidaknya sudah empat kali kebakaran di sana sepanjang 2018 lalu.
“Selama penanganan kebakaran hutan di 2018, tak sekalipun sumur bor tersebut mengeluarkan air, ” ujar Kepala BPBD Banjarbaru Suryanoor Ahmad didampingi Kasubid Pra Bencana Pencegahan dan Kesiapsiagaan Abdurrahim kepada bakabar.com.
Empat bulan penanganan kebakaran hutan di 2018 dimaksud adalah pada periode Agustus sampai November 2018. Abdurahim mengatakan kondisi sumur bor saat musim kemarau ini mengalami kekeringan dan tidak bisa dimanfaatkan sama sekali.
“Selama Agustus sampai November 2018 lalu hampir setiap hari kami berjibaku dengan api, bahkan dalam satu hari bisa empat kali kami turun ke lapangan memadamkan api,” ungkapnya.
Selain sibuk berjibaku dengan api, para pemadam kerap mesti sibuk mencari sumber air. Adapun sumber air terdekat berada di kawasan Guntung. Untuk menjangkau Guntung pemadam setempat membutuhkan waktu sekira 5 menit dengan jarak tempuh 5-7 Kilometer.
“Saking sulitnya air banyak personel di lapangan memadamkan api dengan cara dipukul dengan kayu,” ujarnya menceritakan.
Menilik data BPBD, sedikitnya terbentang 1.271 hektare lahan gambut, masing masing 960 hektare di kawasan Blok I Liangg Anggang, Landasan Ulin Barat, dan 311 hektar di Blok II, Landasan Ulin Selatan. Di luar itu Kota Idaman, sebutan Banjarbaru, memiliki lebih kurang 1.599 hektare hutan lindung.
Dia menjelaskan, jika memang kajian benar dilakukan, seharusnya sumur bor ini bisa mengeluarkan air saat musim kemarau. Dia pun berharap, pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan 50 titik sumur bor, bisa segera memperbaikinya.
“Inovasi sementara mungkin dengan motor tossa pengangkut tandon air. Sehingga jangkauan pemadaman nantinya akan semakin maksimal,” jelasnya.
Terpisah, Kepala BPBD Banjarbaru, Suryanoor Ahmad menambahkan, memang benar pihaknya pernah didatangi oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) Kalsel, pada 2016 lalu. Kedatangan BRG perihal ajakan kerja sama.
Baca Juga:Walhi Turut Pertanyakan Kualitas Sumur Bor Gambut Kalsel yang Rusak
“Memang kami pernah menjalin komunikasi dengan BRG. Soal proyek sumur bor di lahan Gambut ini, kami diminta untuk melakukan pendampingan, terkait pemetaan titik sumur bor di lahan Gambut itu,” terangnya.
Pemetaan saat itu, sambungnya, hanya sampai pada sepuluh titik saja. Di tengah perjalanan, BRG menjelaskan bahwa penanganan pembuatan sumur bor tersebut, harus melalui perguruan tinggi.
“Hanya saja waktu itu hanya lisan saja, tidak ada surat masuk atau hitam di atas putih,” ujarnya.
Ditambahkannya, usai itu pihaknya tahu, bahwa akhirnya proyek sumur bor tersebut berada di tangan Universitas Lambung Mangkurat melalui LPPM.
“Kami pun tahu, ketika 2017 itu diserahkan kepada masyarakat Landasan Ulin oleh ULM, melalui pihak Kecamatan. Sekaligus penyerahan lima unit mesin airnya di mana satu mesin air untuk sepuluh titik sumur bor,” jelasnya.
Keberadaan sejumlah sumur bor di luar Kawasan Hidrologis Gambut (KHG) sebelumnya ikut dikeluhkan Dinas Lingkungan Hidup Kalsel. Mereka kesulitan mengambil langkah perbaikan karena merasa tak memiliki wewenang.
"Karena berada di luar KHG maka kami tak bisa menganggarkan dalam perihal pemeliharaan," ujar Kepala DLH Kalimantan Selatan, Muhammad Ikhlas kepada bakabar.com, Senin (7/1) siang.
Pembangunan sumur yang diinisiasi Wetland International Indonesia (WII) dan dikerjakan oleh Lembaga Pendidikan dan Penelitian Masyarakat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat terancam sia-sia.
"Karena di luar KHG, TRGD [Tim Restorasi Gambut Daerah] Kalsel tak bisa membangun proyek di sekitar kawasan tersebut," ujarnya.
Baca Juga: Puluhan Sumur Bor Gambut di Banjarbaru Rusak, Tanggung Jawab Siapa?
Mengapa harus dibangun di luar KHG? Ikhlas menduga pemilihan Kecamatan Landasan Ulin sebagai lokasi pembangun sumur bor lantaran letaknya yang lumayan strategis.
Total sebanyak 50 sumur dibangun, masing-masing di Kelurahan Syamsudin Noor 20 titik, dan sisanya di Kelurahan Guntung Payung. Lokasi tersebut hanya berjarak selemparan batu dari Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru.
Jika kebakaran terjadi, Ikhlas mengatakan, keberadaan sumur dapat meminimalkan dampak keselamatan dan keamanan penerbangan di bandara Syamsudin Noor.
"Itu menjadi pertimbangan TRGD Kalsel dalam mengusulkan pembangunan sumur bor," ujarnya.
Informasi yang diperoleh dari LPPM, proyek yang dikerjakan pada rentang 2016-2017 membutuhkan dana Rp338 juta. Gunanya, alokasi biaya survei, pelatihan, pengadaan dan peralatan 50 sumur, serta alat dan bahan pembuatan. Ikhlas membenarkan anggaran pembangunan sumur bor didapat dari WII berdasarkan peran Badan Restorasi Gambut (BRG).
Reporter: Zepy Al Ayubi
Editor: Fariz Fadhillah