bakabar.com, BANJARMASIN - Dalam sebuah acara resmi di kalimantan, Presiden Soeharto datang menaiki pesawat helikopter. Setelah acara selesai, presiden terlama dalam sejarah Indonesia itu sengaja menunda pulang, hanya untuk berbincang dengan ulama pembaca doa di hari itu.
Pada 24 April 1997, Presiden Soeharto meresmikan Jembatan Barito, jembatan yang menghubungkan Jl Trans Kalimantan, antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Dalam kesempatan itu, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani yang kala itu dikenal dengan Tuan Guru Izai, didaulat menjadi pembaca doa di acara tersebut.
Baca Juga:Masya Allah, Penumpang Pesawat Pakistan akan Disambut Lantunan Kasidah Burdah
Namun, ulama karismatik Banjar itu tidak membaca doa layaknya pembaca doa di acara resmi. Jika biasanya di acara resmi kenegaraan doa yang dipanjatkan terkesan panjang sekaligus dilengkapi dengan doa berbahasa Indonesia, hal itu tidak dilakukan Abah Guru Sekumpul -KH Muhammad Zaini dikenal kemudian.
Diceritakan wartawan senior Kalsel, Almin Hatta, pada peresmian Jembatan Barito, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani tidak membaca doa yang disediakan protokol.
"Guru hanya mengatakan, 'Semoga bermanfaat', lalu kemudian membaca doa sapu jagat, hanya doa itu," terang mantan wartawan Tempo itu.
Orang tentu yakin, sambung Almin- ulama sekaliber Abah Guru Sekumpul hapal banyak doa. Kendati demikian, beliau hanya membaca doa yang juga dihapal banyak anak di usia belia.
Abah Guru Sekumpul ketika ditanya: Kenapa membaca doa tersebut? Beliau menjawab, "Mau apa lagi."
"Iya juga," lanjut Almin, "Bukankah doa sapu jagat telah merangkum dua kebaikan yang menjadi harapan banyak orang: kebaikan dunia dan kebaikan akhirat."
Setelah acara resmi selesai, Soeharto menunda keberangkatan pulang. Penguasa Orde Baru itu disaksikan banyak orang, asyik berbincang dengan Abah Guru Sekumpul.
Momen kebersamaan Soeharto dan Abah Guru Sekumpul di masa lalu itu banyak diabadikan wartawan.
Sejak pertemuan itu, Soeharto kerap meminta nasehat dengan Abah Guru Sekumpul.
Selain meminta nasehat, keluarga Soeharto sempat menawarkan bantuan untuk pembangunan Mushalla Ar Raudhah Sekumpul. Namun, tawaran itu ditolak secara halus oleh Abah Guru Sekumpul. Alasan yang dikemukakan beliau saat itu, dana pembangunan mushalla lebih dari cukup.
Baca Juga:Jelang Haul Sekumpul, Warga Bersihkan Drainase
Editor: Muhammad Bulkini