Tak Berkategori

Blak-blakan Kadiv PAS Kemenkumham Kalsel soal Motif Penyiraman Air Keras

apahabar.com, BANJARMASIN – Mutasi sejumlah narapidana kasus narkoba di Lapas Teluk Dalam diduga kuat menjadi motif…

Featured-Image
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kemenkumham Kalsel, Asep Syarifuddin dalam perawatan intensif tim medis. Foto-apahabar.com/Baha

bakabar.com, BANJARMASIN – Mutasi sejumlah narapidana kasus narkoba di Lapas Teluk Dalam diduga kuat menjadi motif utama kasus penyiraman air keras terhadap Asep Syarifuddin.

Kepala Divisi Permasyarakatan Kemenkumham Kalimantan Selatan itu menjadi korban penyiraman air keras di Cafe Capung, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Selasa 20 November 2018 silam. Polisi masih menutup rapat-rapat kasus ini.

Sejumlah pernyataan terkait kasus ini justru terlontar dari Asep, selaku korban. Kepada media ini, Asep menganggap dirinya sudah menjadi korban salah sasaran.

Sebab, ia baru menduduki jabatan sebagai Kadivpas Permasyarakatan Kalsel lima bulan sebelum kejadian air keras menimpanya. Artinya mutasi atau perpindahan sejumlah narapidana bukanlah wewenangnya.

Baca Juga: Tegangan Tinggi, Puluhan Alat Elektronik Warga di Banjarbaru Rusak!

“Saya hanya melanjutkan tanggung jawab Kadiv PAS Kemenkumham Kalsel sebelumnya,” jelasnya kepada bakabar.com, Rabu (9/1) pagi.

Kala diwawancarai bakabar.com, tersirat dua nama terduga otak utama penyerangan air keras: HR dan SY.

Nama pertama yang disebut merupakan narapidana kasus narkotika yang menghuni Lapas Teluk Dalam Kelas I Banjarmasin.

Belum jelas sejak kapan HR menjadi warga binaan Lapas Teluk Dalam. Dalam catatan Asep, masih ada delapan warga binaan lain yang diduga terlibat dalam kasus ini selain HR.

Mayoritas mereka narapidana kasus narkotika. Adapun SY telah melarikan diri ke Kalimantan Timur, usai melakukan penyiraman air keras terhadapnya.

“Sembilan narapidana termasuk keduanya sudah ditentukan oleh Badan Narkotika Provinsi (BNP) untuk dipindahkan ke Lapas yang berada di Jawa Timur,” jelas mantan Kepala Lapas Kelas 1 Medan kepada bakabar.com, Rabu (9/1) pagi.

img

Kepala Divisi Kemenkumham Kalimantan Asep Syarifuddin ditemui di ruang kerjanya. Foto-bakabar.com/Bahaudin

“Mereka semuga sudah dibagi, ada yang ke Lapas Kota Malang dan ke Madiun,” sambungnya lagi.

Menurut Asep, adanya rencana perpindahan narapidana membuat salah satu pelaku merasa gerah.

Jika benar terjadi, mutasi narapidana ke Jawa Timur tersebut berpotensi memutus jaringan peredaran narkotika yang mereka kendalikan dari dalam Lapas.

“Jika mereka dipindah jaringan transaksi narkotika ke Kaltim akan terputus,” ujar Asep yang akan serah terima jabatan besok. Asep bakal dipromosikan menjadi Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Nusa Tetanggara Timur.

Jabatan sebagai orang nomor satu di divisi permasyarakatan -divisi yang menaungi Lapas dan Rutan- itulah yang membuatnya menjadi target sasaran para pengedar narkoba tersebut.

Dari musibah yang menimpanya, Asep berharap ini bisa menjadi pesan untuk melawan setiap upaya teror yang menghampiri aparat penegak hukum.

Pada satu sisi, sesuai catatan media, penyelidikan kasus penyerangan air keras terhadap Asep ini akan memasuki bulan kedua pada 20 Januari 2019 nanti.

Memasuki bulan kedua penyelidikan, Polda Kalsel belum mampu mengungkap siapa dalang alias mastermind di balik kasus tersebut.

Aparat diminta lebih serius untuk menangani kasus ini, dan segera menangkap pelaku yang saat ini masih berkeliaran bebas, terutama SY.

Direktur Kriminal Umum Polda Kalsel, Kombes Pol Sofyan Hidayat dihubungi media ini enggan memberikan keterangan.

“Nanti saja,” singkatnya sembari mengakhiri panggilan media ini.

Diwartakan sebelumnya tiga orang terduga pelaku penyerangan -menurut penuturan Asep- berhasil ditangkap. Salah seorang di antaranya adalah mantan anggota kepolisian.

Baca Juga: Akhiri Perdebatan, Pelindo III Banjarmasin Siap Kucurkan Rp 3 M

Rahmadi diduga menjadi pesuruh dari penyandang dana sekaligus eksekutor penyerangan air keras ini.

Penyandang dana diduga kuat adalah seorang bekas bandar narkotika jenis sabu asal Kaltim.

img

Reporter: Bahaudin Qusairi/Muhammad RobbyEditor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner