Kalsel

Kisah Pemuda Banua di Gabon, Chanel Youtube Maulana Pikat 225 Ribu Subscriber

apahabar.com, BANJARMASIN – Tidak sedikit Urang Banua mencari rezeki ke luar negeri. Salah satunya, Maulan Rachman….

Featured-Image
Maulana Rachman bersama anak-anak ketika mengadakan perlombaan 17 Agustus di Gabon. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN - Tidak sedikit Urang Banua mencari rezeki ke luar negeri. Salah satunya, Maulan Rachman.

Pria kelahiran Martapura 25 Juni 1992 ini tinggal di Gabon, salah satu negara di Benua Afrika. Sejak 2015 lalu ia berada di sana. Bekerja di salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Selama tinggal di sana dan jauh dari keluarga, tak membuatnya merasa sepi. Mengingat selama ini perkembangan teknologi tak lagi mengenal batas dan ruang.

Sehingga, ia masih bisa berinteraksi dengan keluarga dan teman-teman di Banua.

Maulana pun rajin menggambarkan kehidupannya selama di Gabon. Yakni dengan mengunggah video kesehariannya lewat akun youtube, Nomadprostory.

Tadinya sekadar mengisi waktu luang di sela perkejaan, eh ternyata kontennya diminati banyak orang. Bahkan, hingga sekarang sudah memikat 225 ribu subscriber.

Maulana sendiri tinggal di Libreville sebuah kota di Gabon. Di akun youtubenya, Maulana banyak melakukan interkasi dengan warga.

Kebetulan, pemeluk Islam disana tidak sedikit. Sehingga, makin mudah akrab. Selebihnya, memang warga di sana karena sedikit, jadi tidak sulit bergaul.

Yang menarik, kebanyakan video yang diunggahnya menceritakan kehidupan warga. Gabon dan Afrika tentu bukan negara maju. Kehidupan masyarakatnya juga masuh berbeda jauh dengan negara berkembang.

"Kehidupan di Afrika sangat beda dengan di Indonesia. Terutama tentang anak-anak, kalau di Indonesia anak-anak bisa makan yang mereka inginkan. Kalau di sini, melihat makanan enak sangat jarang," ungkap Maulana kepada bakabar.com, Jumat (20/09).

Tak jarang, kadang dalam kontennya, Maulana menyisihkan gajihnya untuk membeli makanan atau snack. Anak-anak sering rebutan, takut tidak dapat bagian. Ini membuat Maulana belajar apa itu arti bersyukur.

Meski Maulana sebagai minoritas, tapi tidak pernah sekali pun mendapat perlakuan diskriminatif. Sebab, menurutnya masyarakat di sana bersikap terbuka bagi orang pendatang.

“Pertama kali saya datang di tahun 2015, saya merasa di Gabon seperti Indonesia di tahun 80-90an. Dan saya merasa masyarakat di sini orangnya sangat baik bagi orang pendatang,” cerita Maulana.

Hampir sama dengan di Kalimantan, yang ramah dengan warga pendatang.
“Tidak jauh seperti di Kalimantan, lingkungan saya tinggal banyak kebun sawit dan hutan. Itulah yang membuat saya menikmati tinggal di negara Gabon,” pungkasnya.

Maulana mengangkat konten chanel terlangka di dunia. Pasalnya, chanel Youtube yang dibuatnya, tidak seperti youteber biasa. Terutama sisi kehidupan di benua Afrika.

Baca Juga: Alhamdulillah! Gerimis Turun di Pagatan

Baca Juga: Pemerintah Diminta Perhatikan Cagar Budaya Kerajaan Pulau Laut

Reporter: Fathurrahman
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner