Kalsel

Yang Keliru dari Proyek Jalan ‘Bubur’ Nasional Liang Anggang-Bati Bati

apahabar.com, BANJARBARU – Kontraktor proyek jalan nasional Liang Anggang-Bati Bati tengah berpacu dengan waktu. Masa kontraknya…

Dalam sisa waktu sebelas hari ini, sulit rasanya proyek jalan nasional Liang Anggang-Bati Bati rampung tepat waktu. apahabar.com/Riki

apahabar.com, BANJARBARU – Kontraktor proyek jalan nasional Liang Anggang-Bati Bati tengah berpacu dengan waktu. Masa kontraknya berakhir 31 Desember mendatang.

Namun pantauan di lapangan, progres perbaikan masih jauh dari 80 persen. Alih-alih membaik, kerusakan jalan nasional ini justru semakin parah dipenuhi lumpur. Terlebih jika hujan mengguyur.

Kondisi ini lantas menjadi sorotan Dewan Pakar Ikatan Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (Intakindo) Kalsel, Hasan Husaini. Menurutnya banyak yang salah dari pengerjaan proyek senilai Rp74 miliar ini.

"Dari awal sudah salah metode pengerjaannya, karena tidak ada jalur yang ditutup," katanya kepada apahabar.com, Minggu (19/12).

Namun, menurut Husaini, tidak adil rasanya jika sengkarut proyek ini hanya disalahkan kepada pihak kontraktor.

Dalam sebuah proyek, ada juga owner yang dalam hal ini adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.1 Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Provinsi Kalsel serta pihak konsultan sebagai pengawas dan pemberi masukan.

Sejak awal, kata dia, mestinya ketiga pihak ini sudah bisa membaca kondisi ke depan. Sekalipun bekerja di musim penghujan.

"Ketiga pihak ini dari awal itu sudah harus menyampaikan dulu rencana mutu kontrak. Bagaimana proyek ini berjalan sesuai kontrak meski berpacu dengan kondisi cuaca," paparnya.

"Jadi, kalo cuaca dijadikan alasan sebenarnya tidak masuk akal. Sebab progresnya masih sangat jauh," tambah Husaini.

Dalam sisa waktu sebelas hari ini, Husaini merasa sudah sangat sulit proyek perbaikan tersebut bisa rampung tepat waktu.

Sekalipun ada pengerjaan di masa denda, dengan nominal Rp40 juta sehari namun dirinya menilai bisa saja terjadi kemungkinan terburuk pada kondisi seperti ini.

"Ending terakhirnya, kalau tidak mampu menyelesaikan pekerjaan bisa dilakukan pemutusan kontrak," tuntasnya.

Nilai denda di halaman selanjutnya:

Jika dihitung-hitung, berdasar Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, denda yang mesti dibayarkan kontraktor pelaksana mencapai puluhan juta per hari.

"Denda Rp40 juta sehari," kata PPK 1.1 Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Kalsel, Mirnasari Daulay dihubungi apahabar.com, baru tadi.

Pasal 120 Perpres mengatur penyedia jasa yang terlambat menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dapat dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 atau satu per seribu/permil dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan dan tidak melampaui besarnya jaminan pelaksanaan.

Diketahui proyek jalan nasional Liang Anggang-Bati Bati menelan anggaran sebesar Rp74 miliar. Terbagi dua paket.

Paket pertama pekerjaan rehabilitasi Jalan Simpang Liang Anggang sampai batas Kota Pelaihari sepanjang 3,52 Km.

Paket kedua pekerjaan rehabilitasi Jalan Simpang Liang Anggang sampai batas Kota Pelaihari dan batas Pelaihari sampai pertigaan Bati-Bati hingga Jalan Benua Raya, Bati-Bati sepanjang 2,7 Km.

Proyek jalan ini dikerjakan oleh PT Anugerah Karya Agra Sentosa dan PT Nugroho Lestari.

Realisasi pengerjaan pun dilaporkan masih sekitar 60 persen pada seksi 1.

"Iya kemungkinan bekerja di masa denda," ujarnya.

Terlepas itu, Mirna mengakui jika hujan menjadi kendala utama petugas di lapangan.

"Namun kita sudah berupaya memaksimalkan kerja, bahkan dengan menutup area kerja yang siap aspal dengan terpal agar dapat segera diaspal," dalihnya.

Lantaran kondisinya yang dipenuhi lumpur, kesabaran pengendara yang melintas benar-benar diuji.

Selain menghambat transportasi, sengkarut proyek ini berimbas pada perekonomian warga setempat.

Perbaikan jalan dinilai lambat membuat pedagang di kawasan setempat terpaksa tepuk jidat.

"Sekarang orang banyak pikir-pikir lewat di jalan ini. Kalo yang lewat jarang, otomatis jualan juga sepi," kata pedagang setempat.

Udin (55) warga Banjarmasin yang kerap bolak-balik Bati-Bati mengaku prihatin dengan kondisi jalan seperti ini.

Biasa dia harus putar melalui Jalan Cempaka Banjarbaru. "Tapi, lewat jalur alternatif ini lebih boros sekitar sejam," katanya.

Alhasil Udin ingin coba-coba melintas di jalan Liang Anggang. "Ternyata kondisinya lebih parah. Sepanjang jalan tadi banyak-banyak berzikir aja," singgungnya.

Nasib sama juga dialami Muhammad Zain warga Tambang Ulang Pelaihari. Rencana hanya ingin coba-coba karena melihat cuaca yang saat itu cukup cerah.

"Eh ternyata masih parah jalannya," ujarnya.

Mulanya Zain memang ingin berencana lewat jalur alternatif. Tapi karena melihat cuaca yang saat itu cukup cerah, dia mencoba melintas di jalan Liang Anggang.

"Kalo mutar jauh, ongkos bensin pun bertambah," cetusnya.

Dia juga mengaku heran dengan proses pengerjaan jalan di kawasan ini. Sebab, dari awal petugas sudah langsung mengerjakan perbaikan kedua akses jalan.

"Mestinya sebelah dulu, biar pengendara bisa melintas. Aku yang orang awam aja paham," sentilnya.

Seluruh pengendara hingga warga setempat sepakat berharap proses perbaikan jalan ini cepat selesai, sehingga transportasi dan roda ekonomi bisa kembali seperti semula. (*)

Ngaret, Kontraktor Jalan Liang Anggang-Bati Bati Bayar Rp 40 Juta per Hari