Wow! Kain Tenun Pagatan dari Tanah Bumbu Tembus Pasar Internasional

Tidak hanya nasional, kain tenun Pagatan di Kusan Hilir, Tanah Bumbu (Tanbu), telah berhasil menembus pasar internasional.

Perajin tenun Pagatan, Abdul Aziz, mendampingi seorang karyawan yang memproduksi kain tenun menggunakan alat konvensional di Kusan Hilir, Minggu (29/1). Foto: Antara

apahabar.com, BATULICIN - Tidak hanya nasional, kain tenun Pagatan di Kusan Hilir, Tanah Bumbu (Tanbu), telah berhasil menembus pasar internasional.

Keberhasilan tersebut menjadi angin segar, sekaligus memotivasi pengrajin setempat untuk lebih meningkatkan daya saing.

"Untuk memenuhi pasar domestik dan internasional, kami harus menyiapkan sebanyak 550 lembar untuk diekspor dalam sebulan," papar salah seorang perajin tenun Pagatan, Abdul Aziz, seperti dilansir Antara, Minggu (29/1)

Negara yang paling berminat terhadap produk kain tenun Pagatan adalah Malaysia, Singapura dan Mesir. Sementara seorang warga Inggris juga minta dikirimi beberapa lembar kain tenun Pagatan untuk diperkenalkan.

Bahkan sebelumnya seorang warga Prancis meminta agar Abdul Aziz mempresentasikan kain tenun Pagatan di negara tersebut.

"Namun saya tidak dapat menyanggupi tawaran tersebut, karena terkendala biaya keberangkatan," tukas Abdul Aziz.

Baca Juga: Puluhan Anak Putus Sekolah Ikuti Pelatihan Pembuatan Tenun Pagatan

Baca Juga: Dari Tenun Pagatan Hingga Akar Bajakah Turut Dipamerkan di JIExpo

Diyakini faktor yang menjadi daya tarik pembeli terhadap kain tenun Pagatan adalah alat produksi. Diketahui kain ini dibuat digunakan dengan peralatan tradisional atau manual.

"Keunggulan menggunakan sistem manual antara lain kualitas kain lebih baik, memiliki bahan yang lebih tebal, dan nilai estetika tinggi," jelas Abdul Aziz.

"Terlebih tenun produksi manual membutuhkan ketelitian dan memakan waktu tiga minggu hingga tiga bulan. Makanya nilai estetika yang tinggi mampu menjadi jaminan," sambungnya.

Usaha yang dikembangkan Abdul Aziz, tak hanya memperkenalkan produk kerajinan Tanah Bumbu di level internasional. Lebih jauh lagi, usaha ini ikut membuka lapangan kerja.

"Karyawan yang dipekerjakan berjumlah 25 orang. 15 orang menggunakan alat tenun bukan mesin, kemudian 10 orang lagi menggunakan alat penenun jenis geddok," beber Abdul Aziz.

Untuk melestarikan kain tenun Pagatan, Abdul Aziz juga memberi pelatihan kepada anak putus sekolah untuk belajar menenun secara gratis.

"Bahkan kalau sudah terampil, mereka dapat direkrut menjadi karyawan," pungkas Abdul Aziz.