Kalsel

Wisata Stajau Indah Stop Aktivitas, Ponpes Bisa Kembali Beroperasi

apahabar.com, BARABAI – Polemik pembangunan objek wisata yang berbuntut tutupnya Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar akhirnya memasuki…

Objek wisata Stajau Indah berbatasan dengan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar di Desa Batu Tunggal, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), sudah tak ada aktivitas. Papan nama yang terletak di tengah sungai pun sudah tidak ada. Foto-apahabar.com/Hawari

apahabar.com, BARABAI – Polemik pembangunan objek wisata yang berbuntut tutupnya Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Anwar akhirnya memasuki babak akhir.

Sejak Rabu, 7 Agustus lalu, Ponpes di Desa Batu Tunggal, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), menyetop aktivitas belajar-mengajar.

Mediasi antara Ponpes dan warga Desa Baru RT 8 Kecamatan Batu Benawa yang saat itu tengah mengembangkan objek wisata, Stajau Indah, menemui jalan buntu.Polemik itu terjadi seperti yang diberitakan apahabar.com sebelumnya, karena letak wisata yang berdekatan dengan Ponpes.

Walau beda kecamatan, tetapi lokasi keduanya berdekatan. Sungai yang dijadikan wisata itu persis di belakang Ponpes. Keduanya hanya dihelat oleh sungai.

Selain aktifitas belajar-mengajar, pembangunan wisata itu akan menghambat proses rehabilitasi santri yang mayoritas adalah pencandu narkoba. Totalnya 60 persen dari total 30 santri.

Usaha mediasi di tingkat kecamatan dan kabupaten sebelumnya tak kunjung menemukan solusi. Syarkawi pun lebih memilih menutup ponpesnya.

Bupati HST Chairansyah, kata Asisten II Bidang Pemerintahan, Ainur Rafiq menginstruksikan agar memediasi ulang dua belah pihak.

“Bupati berkomitmen mempertahankan pesantren sesuai dengan visi-misi pemerintahan yang beliau jalankan," kata Rafiq, kepada apahabar.com.

Warga pun melakukan beberapa kali perundingan atau mediasi lagi di tingkat Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika).

Kini, polemik kedua belah pihak mulai selesai. Masyarakat Desa Baru RT 8, memilih untuk menghentikan pembangunan wisata.

Dibuktikan dengan surat pernyataan, tidak akan melakukan kegiatan atau aktivitas terkait objek wisata Stajau Indah. Surat itu ditandatangani oleh lima perwakilan warga pada Senin, 12 Agustus, kemarin.

Kepala Desa Baru, M Arsyad, mengatakan warga Desa Baru RT 8, tak ingin ada konflik berkepanjangan.

Mereka juga tak ingin terjadi benturan antara masyarakat dengan pihak Ponpes apalagi menyangkut masalah agama.

"Masyarakat memilih untuk menghentikan aktivitas objek wisata. Kemudian, juga menyampaikan harapan mereka agar Pemkab HST memerhatikan perekonomian mereka," kata Arsyad via telepon, Selasa (20/8).

Memang saat ini, kata Arsyad, mayoritas masyarakat desanya hanya mengandalkan perkebunan karet.

Terlebih sumber daya manusia yang sebatas lulusan Sekolah Dasar dan Menengah dianggap tak mampu bersaing di dunia bisnis.

Dari penulusuran apahabar.com karet yang dijual per-kilonya ke pengepul hanya Rp 6.300-6.500 di HST.

Rumah Pengasuh Ponpes, H Syarkawi nampak tertutup rapat, pintunya dipaku dengan papan.

Sebagai Kades, Arsyad bakal memberdayakan masyarakat melalui usaha pengolahan keripik dari buah dan usaha pengolahan bambu untuk dijadikan kerajinan tangan atau pembuatan tusuk sate.

Bersumber dari dana desa, dia akan mengajukan dua usaha masyarakat itu. "Kalau anggaran tidak bisa tahun ini, maka akan dianggarkan di tahun depan. Intinya, masyarakat setempat harus diberdayakan," jelas Arsyad.

Namun dari pantauan apahabar.com di lokasi pada Selasa kemarin, pintu rumah H Syarkawi masih tersegel dengan papan. Begitu pula dengan tempat belajar para santri.

Syarkawi, memastikan kegiatan belajar di Ponpes itu akan kembali dimulai pada Senin depan.

"Insyallah Sabtu atau Minggu saya akan balik ke sana (Ponpes). Senin depan aktivitas belajar sudah bisa dimulai. Sekaligus mengadakan acara haul," kata Syarkawi yang mengaku sedang berada di Tanah Bumbu via telepon, Selasa sore.

Sementara objek wisata Stajau Indah memang berhenti, papan yang bertulisakan Stajau Indah yang terpasang di tengah-tengah sungai pun sudah dicabut.

Salah satu santri, Baidillah yang juga warga Desa Batu Tunggal tempat Ponpes Al Anwar berdiri, sedang mengecek tempat dia menimba ilmu, Selasa (20/8) sore.

Reporter: HN LazuardiEditor: Fariz Fadhillah