Kalsel

Wisata Sembari Mengenang Sejarah (1), Mahasiswa ULM Telusuri Gua Mandala

Pupuk kebersamaan dan menggali pengetahuan sebagai pembelajaran menghadapi tahun baru dan ajaran baru 2020 PSP Sejarah…

Mulut goa mandala.Foto-apahabar.com/HN Lazuardi

Pupuk kebersamaan dan menggali pengetahuan sebagai pembelajaran menghadapi tahun baru dan ajaran baru 2020 PSP Sejarah FKIP ULM melakukan penelusuran ke Gua Mandala.

HN Lazuardi, KANDANGAN

Jauh hari sebelum keberangkatan, para mahasiswa Program Studi Pendidikan (PSP) Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah menyepakati berbagai rute penjelajahan situs bersejarah dan wisata yang telah ditetapkan oleh dosesnnya, Drs. Hairiyadi M. Hum.

Tibalah waktunya pada hari pertama. Terdata 146 mahasiswa berkumpul di depan Gedung Serba Guna (GSG) ULM menunggu jemputan memulai perjalanan menuju Bumi Antaludin, Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Tidak jauh beriringan selama perjalanan, 11 angkutan berplat kuning antar kabupaten/kota se-Kalsel mengantarkan para mahasiswa sampai di Kecamatan Telaga Langsat, Kandangan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Minggu (29/12) sekitar pukul 15.00 Wita.

Ratusan mahasiswa yang terdiri dari angkatan 2017, 2018, dan 2019 berhamburan keluar dari taksi konvensional, Colt Mitsubitshi L300.

Tak menunggu lama, sejak sampai di desa itu pengarahan penelusuran dimulai oleh dosen kelahiran Kandangan 1956 tersebut.

“Hari pertama kita penelusuran gua. Dilanjutkan jalan kaki ke Ambutun-Batu Rajang-Galuntang-Tayub. Istrihat di Tayub,” kata Hairiyadi mengarahkan.

Tak jauh dari pusat kota HSS yang berjarak 16 kilometer, tepatnya di Hamak, Telaga Langsat, di sinilah awal perjalanan para mahasiswa selama 3 hari ke depan.

Mulailah mereka berjalan berjejer mendaki gunung yang dipimpin oleh 4 warga setempat sebagai penunjuk jalan.

Medan terjal dilalui mereka. Sekitar 1,5 kilometer, di kaki gunung itu terdapat guha atau gua. Dikenal luas dengan sebutan Guha Mandala.

Gua yang memilik panjang sekitar 608 meter itu mulai ditelusuri para mahasiswa. Di dalamya dominan dihiasi stalaktit dan stalagmit (endapan mineral hasil tetesan air-red) yang menggantung di langit-langit gua.

Sejam lamanya mereka menelusuri gua itu, barulah perjalanan dilanjutkan menuju Tayub untuk menginap di Wisata Cekdam atau danau.

Untuk menuju ke sana, para mahasiswa kembali disuguhi perjalanan naik-turun yang cukup terjal. Tetapi, usaha keras dalam perjalanan mereka terbayar dengan panorama alamnya. Beberapa mahasiswa mengabadikan momen itu dengan gawainya.

Walau demikian, tidak sedikit juga mahasiswa yang berjatuhan akibat terjalnya medan dan panjangnya perjalanan. Sebagian mahasiswa ada yang terkilir dan tak mampu melanjutkan perjalanan akibat kelelahan.

Mereka bahu-membahu membantu rekannya yang kesulitan itu hingga mendapati perkampungan. Tak jarang mereka berhenti sejenak mengambil nafas untuk melanjutkan perjalanan.

Namun begitu, tim medis sudah disediakan. Mereka yang tak mampu dijemput oleh tim dan langsung menuju Wisata Cekdam untuk beristirahat dan diberi penanganan medis.

Sekitar pukul 11.30 malam, para mahasiswa, baru benar-benar berkumpul di Wisata Cekdam Tayub. Sang dosen yang tiba lebih dulu mengurus segala sesuatunya di tempat itu.

Sesampanya di sana, mereka baramai-ramai mendirikan tenda di depan danau yang ditumbuhi sawit.

Usai mendirikan tenda, sebagian dari mereka ada yang beristirahat ada pula yang bercengkrama dan sekedar berbagi pengalaman dengan rekannya.

“Banyak hikmah dan pelajaran yang dipetik selama diperjalanan kami. Rasa kebersamaan, menikmati alam, bunyi khas hutan yang tak dapat kami temui di perkotaan,” ujar salah satu mahasiswa saat berbincang hangat denganapahabar.com.

Mulut goa mandala.Foto-apahabar.comHN Lazuardi

Baca Juga: Mulai 'Blusukan' di Kotabaru, Sudian Noor Bikin Ujang Terharu

Baca Juga: Ketika Polisi di Kandangan Tanam Ribuan Pohon

Editor: Muhammad Bulkini