Relax

WHO Sebut Indonesia Peringkat ke-3 Penyakit Kusta, Kenali Gejala dan Bahayanya

apahabar.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak penderita kusta…

apahabar.com, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak penderita kusta di dunia. Hingga 2021, kasus kusta terbaru di negara ini mencapai 10.976 pasien.

Melansir laman RSUD Kota Bekasi, kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang menyerang kulit, sistem saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, dan mata. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, yang umumnya tumbuh pesat pada bagian tubuh bersuhu dingin, seperti wajah, tangan, kaki, dan lutut.

Pakar kesehatan kulit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Hardyanto Soebono, menjelaskan gejala kusta pada tahap awal ditandai dengan timbulnya kelainan warna kulit. Kulit bisa berubah warna menjadi lebih terang atau muncul bercak putih, menjadi lebih gelap, atau bahkan muncul kemerahan.

"Pada tahap selanjutnya terjadi perubahan bentuk kulit berupa penonjolan kulit. Gejala lainnya, kulit menjadi mati rasa sehingga penderita mudah sekali terkena luka karena tidak muncul rasa sakit ketika terluka," ujarnya, seperti dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat (19/8/2022).

Kusta sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu kusta kering atau pausi basiler (PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Kusta PB ditandai dengan adanya bercak putih seperti panu dan mati rasa, permukaan bercak kering dan kasar, serta tidak tumbuh rambut.

Sementara itu, kusta MB ditandai dengan bercak putih kemerahan yang tersebar di seluruh kulit dari tubuh penderita, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak lebih dari lima lokasi, serta terdapat banyak kerusakan saraf tepi.

Perbedaan antara keduanya ialah kusta PB tidak menular, sedangkan kusta MB sangat mudah menular. Hardyanto mengatakan kusta dapat menular melalui kontak kulit dengan penderita, atau droplet berupa percikan batuk maupun bersin dari si penderita.

Penyakit ini, lanjut dia, sulit menular jika diberi pengobatan yang tepat. Namun, bila kusta tidak ditangani atau tidak diobati, justru dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf tepi, anggota gerak, dan mata.

"Kusta bisa disembuhkan dengan pengobatan teratur, bahkan tidak meninggalkan bekas. Kasus pada beberapa pasien sulit sembuh karena tidak teratur berobatnya," tuturnya.

Hardyanto mengatakan kusta dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik khusus secara teratur. Pengobatan ini dilakukan dalam dua bentuk, tergantung tipe kusta yang diidap sang pasien.

Untuk tipe kusta kering, pengobatan dilakukan dengan pemberian dua macam antibiotik selama enam bulan. Sedangkan untuk tipe kusta basah, pengobatan dilakukan dengan memberikan tiga antibiotik selama satu tahun. (Nurisma)