Webinar Literasi Digital di SD Prabumulih: Setop Cyberbullying

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan beberapa SD di Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan

Webinar literasi digital garapan Kemenkominfo menyasar para pelajar di Sumsel.

apahabar.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan beberapa SD di Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan melaksanakan webinar literasi digital Sektor Pendidikan. Kegiatan yang mengusung tema “Cyberbullying: Apa itu dan bagaimana cara menghentikannya” telah dilaksanakan pada Selasa (16/5) pukul 09.00-11.00 WIB. 

Kegiatan literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) di lingkungan pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman, yaitu dengan menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat. 

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Aceh Besar, Pentingnya Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Katadata Insight Center (KIC), didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual. 

Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SD ini, sukses dihadiri oleh sekitar 500 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya. Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Erfan Hasmin (Kepala Unit ICT Universitas DIPA Makassar), narasumber lain Anita Yulia, SKM (Kasi Kurikulum dan Penilaian Sekolah Dasar Disdikbud Kota Prabumulih), kemudian bersama Key Opinion Leader (KOL) Reni Risti Yanti (Presenter), serta Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Sahira Zahra Ghassani.

Baca Juga: Literasi Digital di SMPN 9 Muaro Jambi: Lawan Hoaks di Media Sosial

Pada sesi pertama, narasumber Erfan Hasmin menyampaikan mengenai cyberbullying, cyberbullying merupakan bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital, hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Dampak cyberbullying bagi korban yakni merasa malu, kurang percaya diri, tidak berdaya sulit untuk merasa aman, mengalami kecemasan, dan dapat melukai diri sendiri akibat depresi. Sedangkan dampak cyberbullying bagi pelaku yaitu cenderung bersifat agresif, berwatak keras, mudah marah, lebih ingin mendominasi orang lain, kurang berempati, dan dapat dijauhi oleh orang lain. Penyebab orang melakukan bullying adalah balas dendam karena pernah menjadi korban bullying, selanjutnya ingin diakui yaitu menunjukkan bahwa dia berkuasa dan kuat dan menindas yang lebih lemah darinya, kemudian kurang perhatian dan dia mencari perhatian dari orang sekitarnya, serta ekspos kekerasan yaitu pelaku bullying mencontoh dari media ataupun tindakan dari orang sekitarnya.

“Yuk kita sama-sama hentikan perilaku cyberbullying, pertama jangan terlalu sering posting, apa-apa diposting, voice note diposting, foto diposting, takutnya nanti ada orang nggak senang, ada orang iseng mengomentari, kemudian kalau teman-teman punya instagram, kasih orang tua suruh setting untuk yang komentar itu orang-orang terbatas saja, kemudian batasi penggunaan sosial media, termasuk main game bareng, itu dibatasi, kombinasikan waktu belajar dan waktu bermain sosial media, dan jangan mudah terpancing, artinya kalau ada orang bully, kita ingatkan,” ujar Erfan. 

Literasi digital garapan Kemenkominfo menyasar pelajar di Sumsel.

Giliran narasumber kedua, Anita Yulia, SKM menjelaskan materi etika digital, etika digital sangat penting untuk dijaga agar tidak menimbulkan konflik atau kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain, penting untuk menjaga sikap positif dan berperilaku etis di ruang digital. Terdapat hal yang harus diperhatikan dalam menjaga etika di ruang digital antara lain tidak menyebarkan informasi palsu atau hoaks, tidak melakukan bullying atau hate speech, tidak mengambil data atau informasi pribadi orang lain tanpa izin, serta perlu memperhatikan privasi dan keamanan data dalam menggunakan teknologi dan berinteraksi di ruang digital. 

“Konflik di ruang digital dapat terjadi karena beberapa faktor seperti perbedaan pendapat, perbedaan budaya, atau bahkan ketidaktahuan dalam berinteraksi di ruang digital, konflik tersebut dapat diatasi dengan bijak dan dewasa yaitu dengan menghindari argumen yang tidak sehat, dan tidak produktif," paparnya. 

"Kita harus selalu berusaha mencari solusi yang baik dan saling menghargai pendapat masing-masing, jika perlu, kita dapat meminta bantuan dari pihak yang lebih berpengalaman atau otoritas yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan konflik di ruang digital,” jelas Anita. 

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMAN 10 Muaro Jambi: Setop Cyberbullying!

Selanjutnya, giliran Reni Risti Yanti yang merupakan seorang presenter, tampil menyampaikan bahwa anak-anak perlu diajarkan pendidikan sopan dan santun di dunia maya, tidak hanya di dunia nyata. Hindari cyberbullying, diam itu emas, jika ragu untuk berkomentar sesuatu, lebih baik ditahan untuk tidak berkomentar. Perlu bijak dalam berkomentar dengan menanamkan sopan santun. 

“Jempolnya harap ada remnya sedikit, kalian harus gini, kalau ngetik sesuatu atau berkomentar sesuatu, balik lagi refleksikan lagi ke diri kalian, kira-kira kalau aku komentar kaya gini orang lain akan sakit hati nggak ya ke saya, atau kira-kira kalau saya berkata seperti ini, orang-orang akan senang atau tidak ya ke saya,” kata Reni.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Kemudian moderator memilih tiga penanya untuk bertanya secara langsung dan berhak mendapatkan e-money.

Baca Juga: Webinar Literasi Digital di SMAN 5 Prabumulih: Jadi Pengguna Media Sosial yang Bijak, Kreatif dan Inovatif

Pertanyaan pertama dari Ayyi Yatun yang mengajukan pertanyaan bagaimana jika ada fenomena cyberbullying yang pelakunya adalah orang berpengaruh yang memiliki followers atau pembela yang banyak dan setia, yang selalu aktif melakukan hal cyberbullying tersebut dan tidak ada kesadaran untuk berhenti.

Apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi fenomena tersebut?

Narasumber Erfan Hasmin menanggapi bahwa melaporkan konten tersebut ke pihak yang berwenang, seperti polisi atau juga jika perundungan tersebut terjadi di sosial media bisa menggunakan fitur report dan block.

"Sebelum pelaporan, kita harus mengumpulkan bukti-bukti perundungan tersebut agar bisa ditindak lebih lanjut."

Pertanyaan kedua dari Putri Aulia yang mengajukan pertanyaan bagaimana mengembalikan mental seseorang yang sudah menjadi korban bully & penipuan di dunia maya?

Kemudian narasumber Anita Yulia, SKM menanggapi bahwa langkah-langkahnya adalah berkonsultasi ke kepala sekolah, orang tua, guru. Menanggapi serius dan jangan memojokkan korban, membatasi penggunaan media sosial, meningkatkan kesadaran diri anak, latih-lah guru untuk membuat pendekatan tentang bagaimana mengatasi cyberbullying, bisa dengan sosialisasi seperti rapat.

Ketiga dari Wenny Melania mengajukan pertanyaan bagaimana sikap sebagai pendidik kepada anak-anak, apakah bisa memberi sedikit peringatan akan adab dan etika mereka. Atau apakah dari dinas pendidikan ada tips lain yang dapat kita gunakan untuk mengajarkan anak-anak tentang etika dalam bermedia sosial?

Baca Juga: Literasi Digital di SMAN 4 Prabumulih Ajak Lawan Hoaks di Medsos

Narasumber Erfan Hasmin menanggapi bahwa memberitahukan pentingnya kesadaran, contohkan perilaku yang baik untuk anak, memberikan imbauan arahan kepada murid dan berikan hukuman jika hal tersebut sudah melewati batas.

Selanjutnya narasumber Anita Yulia, SKM juga menanggapi bahwa mengimbau ke sekolah atau media sosial mengenai arahan bagaimana cara mengatasi permasalahan tentang bullying. Cara mengatasi terjadinya bullying tersebut adalah melakukan pendekatan orang tua terlebih dahulu bagaimana anak tersebut bisa membagikan waktu untuk media sosial. 

Sesi tanya jawab selesai. Setelah itu, moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang bertanya di kolom chat dan berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000. Moderator mengucapkan terima kasih kepada narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta. Pukul 11.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup webinar dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Pidie, Bikin Tugas Mudah Bila Cakap Digital 

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024. 

Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/),  Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo),
Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).