Info Kesehatan

Waspada! Sakit Gigi Ternyata Berpotensi Merusak Otak

Ungkapan bahwa lebih baik sakit hati daripada sakit gigi, tak sepenuhnya keliru. Sakit yang efeknya terasa ke mana-mana ini pun bisa dilatari berbagai kondisi.

Ilustrasi sakit gigi. Foto: Dok. Alodokter.

apahabar.com, JAKARTA – Ungkapan bahwa lebih baik sakit hati daripada sakit gigi, tak sepenuhnya keliru. Sakit yang efeknya terasa ke mana-mana ini pun bisa dilatari berbagai kondisi.

Melansir CNN, dalam studi teranyar menemukan orang-orang yang secara genetik cenderung mengalami gigi berlubang dan masalah gigi lainnya lebih mungkin mengembangkan perubahan struktural di otak yang berhubungan dengan penurunan kognitif. 

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan masalah kesehatan mulut seperti penyakit gusi, gigi tanggal, kebiasaan menyikat gigi yang buruk, dan penumpukan plak dengan peningkatan risiko stroke dan faktor risiko penyakit jantung seperti tekanan darah tinggi.

"Kondisi yang belum jelas adalah apakah kesehatan mulut yang buruk memengaruhi kesehatan otak, yang berarti status fungsional otak seseorang, yang sekarang dapat kita pahami dengan lebih baik menggunakan alat neuroimaging seperti pencitraan resonansi magnetik, atau MRI," kata Cyprien Rivier, penulis utama sekaligus peneliti neurologi di Yale School of Medicine, melansir Everyday Health.

Pada studi baru tersebut, para peneliti memeriksa sebanyak 40 ribu orang dewasa tanpa riwayat stroke, yang berpartisipasi dalam Biobank Inggris. Mereka diskrining untuk lebih dari 100 varian genetik yang diketahui dapat memengaruhi orang terhadap gigi berlubang, gigi palsu, dan gigi hilang di kemudian hari.

Para peserta juga menjalani pemindaian MRI otak untuk mencari kerusakan struktural dan hiperintensitas materi putih. Keduanya terkait dengan peningkatan risiko stroke dan gangguan memori, keseimbangan, dan mobilitas.

Studi yang dipresentasikan pada American Stroke Association's International Stroke Conference 2023 di Dallas itu menemukan, mereka yang secara genetik rentan terhadap gigi berlubang, kehilangan gigi, atau membutuhkan gigi palsu memiliki hiperintensitas materi putih dan kerusakan struktural dalam jumlah yang lebih besar yang terlihat pada gambar MRI mereka.

"Kesehatan mulut yang buruk dapat menyebabkan penurunan kesehatan otak, jadi kita harus ekstra hati-hati dengan kebersihan mulut kita, karena implikasinya jauh melampaui mulut," kata Rivier.

Namun, Rivier juga mengatakan bahwa penelitian ini masih membutuhkan lebih banyak bukti yang perlu dikumpulkan untuk memastikan bahwa peningkatan kesehatan mulut akan menghasilkan manfaat kesehatan otak.

Di luar sifat pendahuluannya, salah satu batasan penelitian ini adalah bahwa hasil dari peserta dari Eropa yang didominasi kulit putih, mungkin tidak mewakili apa yang akan terjadi pada orang-orang dari latar belakang ras dan etnis lain.

Penelitian ini juga tidak terlalu menjelaskan apakah kebiasaan kesehatan mulut yang baik dapat mencegah perubahan di otak yang terkait dengan stroke dan penurunan kognitif. Tidak dijelaskan juga seberapa besar peran genetika dalam kaitan kesehatan dan otak ini.

"Faktor lingkungan seperti merokok dan kondisi kesehatan seperti diabetes adalah faktor risiko yang jauh lebih kuat untuk kesehatan mulut yang buruk daripada penanda genetik apa pun, kecuali untuk kondisi genetik langka yang terkait dengan kesehatan mulut yang buruk, seperti enamel yang rusak atau hilang," kata Profesor Joseph Broderick, yang tidak terlibat dalam studi ini.

"Masih merupakan saran yang baik untuk memperhatikan kebersihan dan kesehatan mulut," tambah Broderick.

"Namun, karena orang dengan kesehatan otak yang buruk cenderung kurang memperhatikan kesehatan mulut yang baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki kesehatan otak normal, tidak mungkin untuk membuktikan sebab dan akibat," pungkasnya.