Hari Osteoporosis Sedunia

Waspada! Osteoporosis Mengancam Segala Usia

Hari Osteoporosis Sedunia diperingati pada 20 Oktober untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar meningkatkan kesadaran menjaga kesehatan tulang sejak dini.

Hari Osteoporosis Sedunia untuk meningkatkan kesadaran bahaya penyakit tulang sejak dini (Foto:HonestDoc)

apahabar.com, JAKARTA - Hari Osteoporosis Sedunia atau World Osteoporosis Day (WOD) diperingati pada 20 Oktober setiap tahunnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar menjaga kesehatan tulang sejak dini.

Sebab, penyakit tulang ini kerap dianggap hanya menjangkiti lansia. Padahal, penyakit tulang keropos ini bisa mengancam segala usia, tak terkecuali kawula muda.

Hal itu sebagaimana diungkapkan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dari Universitas Airlangga (Unair), Dwikora Novembri Utomo.

Dia tak menampik bahwasanya lansia lebih rentan mengidap osteoporisis, namun tak menutup kemungkinan pula menjangkiti usia muda.

“Osteoporosis bisa terjadi pada semua usia,” tegas pria yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Indonesia (PAOBI) itu, dikutip dari unair.ac.id, (21/10/2021).

Dwikora menjelaskan ada sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang berusia muda berisiko mengidap osteoporosis.

Faktor tersebut berupa genetik yang tak bisa dihindari, dan gaya hidup yang masih bisa dicegah.

Adapun yang termasuk faktor genetik, di antaranya penurunan kadar hormon esterogen yang berperan dalam pembentukan tulang, riwayat keluarga dengan osteoporosis, serta ras tertentu – utamanya Asia dan Kaukasia. 

Sementara itu, faktor gaya hidup yang memicu kerapuhan tulang pada generasi muda, antara lain kurang berolahraga, merokok, kekurangan kalsium dan vitamin D, serta kebiasaan minum minuman beralkohol, kafein, dan soda berlebihan.

Perokok berisiko tinggi terjangkit osteoporosis

Sejalan dengan pernyataan Dwikora, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dari RSA Universitas Gadjah Mada (UGM), Luthfi Hidayat, juga mengatakan perokok lebih berisiko mengidap osteoporosis.

“Pada mereka yang merokok efeknya cukup lumayan. Jika mengalami patah tulang maka butuh lebih lama untuk sembuh, dan risiko tulang tidak nyambung juga lebih besar,” jelasnya, dikutip dari ugm.ac.id, (10/12/2020).

Luthfi memaparkan bahwa tingginya risiko itu dikarenakan zat-zat yang terkandung dalam rokok, seperti nikotin, mampu menghambat produksi sel pembentukan tulang. Begitu pun dengan kebiasaan buruk lain, semisal mengonsumsi minuman beralkohol.

‘Menabung tulang’ di masa muda

Guna mencegah osteoporosis di hari tua, Dwikora menyarankan untuk ‘menabung tulang’ sedini mungkin, mengingat puncak pembentukan tulang terjadi pada usia muda.

Ini berarti, kalangan usia muda mesti membangun gaya hidup sehat dan memenuhi nutris tubuh.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati,” katanya. Dwikora pun membagikan sejumlah tips yang bisa memperlambat laju penurunan kepadatan tulang. Salah satunya, mencukupi kebutuhan kalsium, vitamin D, protein, dan mineral lain.

Pemenuhan nutrisi tersebut bisa diperoleh dengan rajin berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Selain itu, penting juga untuk menghindari kebiasaan buruk. seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan kafein yang berlebihan, serta diet ketat.

Di samping itu, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medis dari RSA UGM, Guritno Adistyawan, juga menambahkan bahwa olahraga bisa mencegah risiko osteoporosis. Sebab, aktivitas ini dapat menjaga kepadatan tulang.

Guritno mengatakan olahraga terbaik untuk mencegah osteoporosis adalah weight bearing, di mana dilakukan dengan gerakan melawan gravitasi dalam posisi berdiri tegak. Beberapa di antaranya, jalan cepat dan jogging.

Selain itu, kegiatan sehari-hari seperti menyapu dan membawa barang belanjaan juga termasuk olahraga yang mampu mencegah osteoporosis. “Semua jenis olahraga yang dilakukan ini perlu dipastikan dengan kondisi masing-masing,” tegasnya.