Kendalikan Diabetes

Waspada! Masuk Peringkat 5 Dunia, Indonesia Wajib Kendalikan Diabetes

Indonesia jadi negara dengan diabetes nomor lima tertinggi di dunia. Diabetes tak bisa sembuh, tapi bisa dikontrol dan dikendalikan.

Dokter Eva Niamuzisilawati (kanan) dan Dokter Yulia Sekarsari (kiri) ditemui sela kegiatan memperingati Hari Diabetes Sedunia di De Tjolomadoe, Minggu, (26/11).

apahabar.com, SOLO - Penyakit diabetes saat ini menjadi tantangan bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia. Pasalnya Indonesia saat ini menduduki peringkat 5 dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.

Menurut Dokter Eva Niamuzisilawati, spesialis penyakit dalam endogrin dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi. Ada 10 negara terbesar dengan jumlah penderita diabetes, dan Indonesia berada di peringkat ke 5.

"Ada 10 negara terbesar, kita Indonesia nomer 5 negara terbesar dengan diabetes. Diprediksi sampai tahun 2045 naik sampai 70 persen. Sehingga ini bukan hanya kewajiban medis atau dokter tapi kewajiban kita semua masyarakat kita untuk betul-betul bisa menurunkan angka ini," ungkapnya di sela kegiatan memperingati Hari Diabetes Sedunia di De Tjolomadoe, Minggu, (26/11).

Untuk menurunkan jumlah penderita diabetes. Dokter Eva menjelaskan bahwa dapat dimulai dari tindakan pencegahan. Seperti yang baru saja diadakan di kegiatan peringatan Hari Diabetes Sedunia dengan mengadakan pelatihan senam.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyelenggarakan sosialisasi diabetes pada 13 November 2023.

Selain itu beberapa faktor resiko harus menjadi hal yang diperhatikan dalam masyarakat.

"Faktor resiko genetik atau keluarga adalah lifestylenya atau pola hidup yang buruk tentunya. Apalagi post covid ini angkanya jadi meningkat banyak. Work from home, bekerja di rumah, aktivitas di luar minimal. Terus kebawa-bawa, setelah covidpun bekerjanya lebih banyak di rumah tidak mau olahraga. Akhirnya obesitas cukup banyak," terangnya.

Riwayat ibu yang melahirkan bayi besar lebih dari 4 kg juga berpotensi terhadap diabetes. Sehingga kemudian dirinya mengajak masyarakat agar mau melakukan screening kesehatan secara rutin.

"Kalau tidak tahu faktor risiko, setidaknya melakukan screening kesehatan secara berkala minimal 1 tahun sekali dilakukan," tandasnya.

Sementara itu dokter Yulia Sekarsari, spesialis penyakit dalam dari RSUD Dr. Moewardi menambahkan diabetes juga banyak terdiagnosa pada anak-anak muda. Terutama usia remaja hingga 20 tahun.

"Anak muda tentunya paling utama penyebabnya biasanya turunan atau auto imun. Kalau orang tua diabetes biasanya akan diturunkan pada anaknya dan itu 50% cukup besar. Jika orang tua terdeteksi 50 tahun, anaknya bisa 10 tahun atau 15 tahun. Kalau tidak dikendalikan lifestylenya, maka berbahaya," katanya.

Dokter Yulia menyebut banyak anak muda sekarang yang memakai insulin. Namun yang harus diterapkan adalah diabetes tidak bisa membaik dengan obat-obatan, tapi mengubah lifestyle paling utama.

"Kalau obat insulin, makan banyak tidak akan dapat mengontrol gula darahnya. Jadi lifestyle itu pertama kita terapi tanpa pengobatan. Kita gaungkan terus pada anak-anak muda," sambungnya.

Dokter Eva kemudian mengutarakan bahwa penyakit diabetes ini tidak bisa disembuhkan, karena merupakan penyakit seumur hidup. Pasalnya, diabetes berkaitan dengan fungsi organ tubuh manusia yaitu pankreas. 

"Tapi bukan berarti terus kita pasrah begitu saja. Karena ada pengobatan untuk bisa mengontrol agar diabetes ini stabil. Memang tidak bisa sembuh, tapi bisa dikontrol," paparnya. 

Dokter Eva mengibaratkan penyakit diabetes ini sebagai singa. Jika singa tersebut ada, maka harus dibuat untuk tetap tenang. 

"Diabetes ini induk dari semua penyakit. Semua penyakit itu kebanyakan berasal dari diabetes ini. Kalau singanya itu sampai terusik, dia bangun. Dia akan marah menyebabkan komplikasi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jadi diabetes ini tidak bisa sembuh tetapi bisa dikontrol dengan baik. Kalau ada yang mengatakan diabetes bisa disembuhkan, dia harus berani untuk melakukan penelitian epidermis karena ini permasalahannya adakah pabrik pankreas ini yang bermasalah," pungkasnya.