News

Waspada Cacar Monyet! Kenali Pola Penyebaran dan Gejalanya

apahabar.com, JAKARTA – Tingginya laporan kasus cacar monyet di negara non-endemik, seperti Eropa dan Amerika pada…

Foto: people gazzete

apahabar.com, JAKARTA – Tingginya laporan kasus cacar monyet di negara non-endemik, seperti Eropa dan Amerika pada Mei 2022 lalu, membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global.

Melansir laman kemkes.go.id, cacar monyet merupakan penyakit zoonosis alias penyakit pada binatang yang dapat ditularkan kepada manusia. Ya, sesuai namanya, cacar monyet memang pertama kali ditemukan menyerang koloni hewan primata itu pada 1958.

Penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox ini baru menginfeksi manusia pada 1970. Kala itu, seorang bocah lelaki berusia 9 tahun asal Republik Demokratik Kongo, teridentifikasi positif cacar monyet.

Sejak saat itu, kasus cacar monyet dilaporkan telah menginfeksi manusia di sejumlah negara Afrika Tengah dan Barat, seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

Pada 2003, wabah cacar monyet kembali menginfeksi manusia, namun kali ini, persebarannya terjadi di Amerika Serikat. Saat itu, penyakit ini dikaitkan dengan kontak anjing padang rumput peliharaan yang terinfeksi. Sebelumnya, anjing tersebut disinyalir melakukan kontak langsung dengan tikus yang diimpor dari Ghana.

Tak berhenti sampai di situ, cacar monyet juga pernah menyerang Israel dan Inggris pada 2018, kemudian ke Singapura pada Mei 2019, dan kembali mewabah di Amerika Serikat pada Juli dan November 2021.

Pola Penularan Penyakit Zoonosis

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Wayan Tunas Artama, mengatakan bahwa cacar monyet merupakan penyakit zoonosis. Pola penularan penyakit jenis ini bisa terjadi dari hewan ke manusia.

"Berbicara penularan, bisa dari hewan ke manusia dan terjadi di saat menangkap, memproses, dan mengonsumsi daging satwa liar," ujar Wayan, dikutip dari laman ugm.ac.id, Selasa (9/8).

Selain itu, cacar monyet juga bisa menular melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi dari hewan terinfeksi seperti mamalia kecil. Termasuk, rodensia (tikus, tupai) dan primata non-manusia (monyet, kera).

Wayan menjelaskan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia utamanya terjadi melalui droplet pernafasan yang secara umum memerlukan kontak erat cukup lama. Kontak tersebut bisa dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar, kontak tidak langsung dengan benda, kain, dan permukaan yang terkontaminasi.

Gejala Penyakit Cacar Monyet

Wayan memaparkan bahwa penularan cacar monyet secara vertikal dapat berujung pada komplikasi, cacar bawaan, atau bahkan lahir mati. Untuk itu, penting bagi masyarakat mengenal gejala awal terpapar virus monkeypox.

"Pasien dinyatakan infeksius dari saat ruam mulai muncul hingga deskuamasi atau pergantian kulit. Proses ini membutuhkan waktu hingga beberapa minggu," kata dia.

Masa inkubasi cacar monyet umumnya berkisar antara 6 sampai 13 hari. Gejala penyakit pada manusia sangat mirip dengan penyakit cacar, yaitu demam dengan suhu tubuh mencapai lebih dari 38,5 derajat Celcius, kelemahan, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limfa, dan sakit kepala.

Gejala-gejala tersebut akan diikuti dengan kemunculan ruam makular-papular berbatas jelas, vesikular, pustular, hingga lesi berkeropeng. Lesi bertahan sekitar 1 sampai 3 hari pada setiap tahap dan berprogres secara bersamaan.

Adapun area kemunculan lesi adalah wajah (98 persen), telapak kaki dan tangan (95 persen), membrane mukosa mulut (70 persen), genital (28 persen), dan konjungtiva (20 persen).

"Secara umum lesi lebih jelas pada anggota gerak dan wajah dibandingkan pada badan. Manifestasi pada area genital dapat menjadi dilema diagnosis pada populasi berpenyakit menular seksual (PMS),” ungkap Wayan.

Upaya Mencegah Penyebaran Cacar Monyet

Wayan mengungkapkan pemberian vaksinasi atau penggunaan vaksin cacar setidaknya dapat memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi virus monkeypox. Namun, untuk saat ini, Indonesia masih belum menyediakan vaksin cacar monyet.

Meski begitu, masih ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran cacar monyet. Di antaranya, menghindari kontak langsung dengan orang bergejala, melakukan hubungan seksual yang aman, menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker, serta mempraktikkan etika batuk dan bersin yang benar.

Selain kebersihan diri, Wayan mengimbau agar kebersihan lingkungan sekitar juga perlu dijaga. Caranya adalah dengan menerapkan good hygiene practices, seperti mencuci kain dengan detergen, memisahkan alat makan orang terinfeksi, mencuci alat makan dengan air panas atau air hangat, serta membersihkan permukaan terkontaminasi dengan desinfektan. (Nurisma)