Pemkab Hulu Sungai Tengah

Warga Meratus Diduga Diserang Beruang, Alami Luka di Bagian Kaki

apahabar.com, BARABAI – Seorang warga di Pegunungan Meratus di Hulu Sungai Tengah (HST) dikabarkan diserang hewan…

Beruang Madu. Foto-istimewa

apahabar.com, BARABAI – Seorang warga di Pegunungan Meratus di Hulu Sungai Tengah (HST) dikabarkan diserang hewan liar. Akibatnya, korban mengalami luka cakar di kaki kanannya.

Peristiwa itu terjadi di wilayah Kecamatan Batang Alai Timur (BAT) HST, Senin (14/12) pukul 09.30.

Saat itu, korban yang bernama Ungkir (35) warga Desa Atiran BAT sedang berada di sekitar ladangnya yang berada di hutan Meratus, Pati Tiranggang (Patipiranggang).

Wilayah hutan itu masuk kawasan adat Meratus dan secara administratif berada di Kecamatan BAT.

Mata pencarian hampir seluruh warga Meratus memang berasal dari hasil berladang. Mereka juga sering berpindah-pindah ladang bahkan harus menginap di landang berbulan-bulan.

Kapolsek Batang Alai Selatan (BAS), Ipda Erikson melalui Ps Paur Subag Humas Polres HST, Aipda M Husaini juga menerima informasi tersebut.

“Tapi kita belum tau apakah benar yang bersangkutan diserang beruang,” ujar Husaini pada apahabar.com, Rabu (16/12).

Berdasarkan foto yang diterima apahabar.com, korban memang mengalami luka di bagian kaki kanannya.

“Memang ada beberapa mata luka yang menganga dan robek di bagian bagian betis dan kakinya,” kata Husaini.

Saat ini, korban dirawat di rumah sakit. “Sedang menjalani perawatan di RSUD H Damanhuri Barabai,” tutup Husaini.

Belum jelas, apakah benar Ungkir diserang Beruang. Jika informasi itu benar, lantas jenis beruang apa yang ada dan hidup di Meratus?

Satu-satunya spesies yang ada dan hidup di Indonesia adalah beruang madu.

Binatang dengan nama latin helarctos mayalanus ini meruapakan salah satu dari 8 spesies beruang yang ada di dunia.

Mengutip dari laman National Geographic, beruang madu memiliki ukuran paling kecil. Panjangnya hanya mencapai 1,5 meter dengan bobot maksimal 80 kilogram.

Beruang ini tergolong unik. Ada corak kuning di dadanya yang kemudian disebut atau dipanggil sun bear.

Perawakan fauna khas Provinsi Bengkulu, Sumatera ini berotot, memiliki telinga kecil, memiliki moncong pendek dan berbulu hitam. Binatang ini hebat dalam memanjat sebab punya kaki besar dan cakar tajamnya yang melengkung.

Tak heran jika beruang ini suka menghabiskan waktu di atas pohon.

Lidahnya yang panjang membantu beruang ini untuk mencari makanannya.

Dengan nama belakangnya Madu, bukan berarti binatang ini hanya memakan madu. Tetapi juga memakan serangga, pengerat, buah-buahan hingga akar-akaran atai dikenal sebagai binatang omnivor.

Walaupun berukuran kecil, beruang bisa bersikap agresif terhadap manusia. Apalagi jika binatang ini terganggu maupun terkejut dengan kehadiran manusia di dalam hutan.

Gigi dan kuku tajamnya bisa menyebabkan luka serius jika binatang nokturnal ini menyerang. Karena itu binatang ini dianggap paling berbahaya di hutan.

Meski begitu, binatang ini hanya aktif di malam hari untuk mencari makan. Sedangkan siang hari, binatang yang merupakan maskot dari kota Balikpapan Kaltim ini lebih sering tidur.

Binatang yang hampir punah ini disebut suka menyendiri. Namun sesekali binatang monogami atau hanya kawin dengan satu pasangan ini berkumpul untuk makan.

Selain di Indonesia, beruang madu juga ada di negara-negara Asia Tenggara lain. Misalnya di Malaysia, Thailand, Kamboja hingga ada di India dan Bangladesh.

Populasi mereka semakin lama semakin berkurang. Penyebabnya disebutkan karena penebangan liar di hutan yang mengakibatkan kerusakan habitatnya.

Uni Internasional (IUCN) dikutip dari IDN mencatat sekitar 30 persen penurunan populasi telah menimpa mereka selama 30 tahun terakhir.

“Oleh IUCN untuk Konservasi Alam, beruang madu diberi status terancam punah,”seperti dikutip apahabar.com dari IDN.