Bentrok Seruyan

Walhi Sebut Masyarakat Adat Seruyan Paling Banyak Dirugikan

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai pihak yang paling dirugikan dalam rangkaian tragedi di Seruyan, Kalimantan Tengah adalah masyarakat. 

Penangkapan 20 warga Seruyan usai tragedi penembakan. Foto apahabar.com/Citra

apahabar.com, JAKARTA – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menilai pihak yang paling dirugikan dalam rangkaian tragedi penembakan di Seruyan, Kalimantan Tengah adalah masyarakat adat.

Direktur Walhi Kalteng Bayu Herinata mengakui ada karyawan PT Hamparan Masawit Bangun Persada (HMBP) 1 yang mengungsi selama masyarakat adat di Seruyan melakukan aksi menuntut plasma yang sebelumnya telah dijanjikan. 

“Ya memang ada yang dialihkan pada masa pendudukan. Mereka dipindahkan atau diungsikan itu adalah karyawan yang sebenarnya tidak ada aktivitas selama masa demonstrasi,” kata Bayu kepada apahabar.com, Selasa (17/10).

Menurut Bayu, selama masa demonstrasi, semua akses jalan ditutup dan PT HMBP 1 meliburkan aktivitas karyawan di dalam kebun. 

Baca Juga: Bentrok Seruyan, Walhi Desak Pemprov Kalteng Cabut HGU PT HMBP 1

Adapun pihak yang paling banyak dirugikan, kata Bayu, adalah warga Seruyan dan bukan karyawan PT HMBP 1 yang mengungsi. 

“Yang kami temukan adalah massa aksi hanya merespon balik dari tindakan-tindakan intimidasi dan represif yang dilakukan aparat keamanan yang lebih dulu,” katanya. 

Sebelumnya, Polda Kalteng menyebut ada 1.300 warga yang mengungsi akibat aksi penjarahan, perusakan, pembakaran dari massa aksi di Seruyan. 

Baca Juga: Tragedi Seruyan, Sangkalan Polda Kalteng Dibantah Walhi!

“Rangkaian peristiwa perusakan, penjarahan dan perusakan dimulai dari ketika massa aksi yang memboikot PT HMBP mencoba menerobos dengan mobil,” kata Kabid Humas Polda Kalteng Kombes Pol Erlan Munaji saat dihubungi apahabar.com, Senin (15/10). 

Erlan mengungkapkan, upaya perusakan yang dilakukan warga yang mengungsi bermodalkan senjata tajam, ketapel, Mandau, egrek, tombak dan bom molotov. 

“Massa tersebut, juga melakukan pembakaran, penjarahan dan perusakan koperasi dan rumah guru. Akibat dari tindakan massa aksi tersebut mengakibatkan 1.300 karyawan mengungsi ke Kantor Camat di Desa Tabiku,” kata Erlan.