Kalsel

Volunteer Kun Tapin Gelar Nonbar Film Dokumenter Kinipan

apahabar.com, RANTAU – Volunteer Kun Tapin adakan nonton bareng (nonbar) film dokumenter Kinipan di Sekretariat FKH…

Oleh Syarif
Pemutaran film dokumenter Kinipan di Sekretariat FKH Go Green Bastari, Kelurahan Rangda Malingkung, Kabupaten Tapin. Foto-Sandy/apahabar.com

apahabar.com, RANTAU – Volunteer Kun Tapin adakan nonton bareng (nonbar) film dokumenter Kinipan di Sekretariat FKH Go Green Bastari, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Jumat (9/4) malam.

Ketua Volunteer Kun Tapin, Hendra Gunawan mengatakan, tujuan pemutaran film tersebut mengingatkan kembali pentingnya menjaga lingkungan sekaligus penggalangan dana untuk korban bencana di NTT lewat kotak berjalan.

“Kita mengadakan nonton bareng ini juga dalam rangka untuk penggalangan dana untuk saudara-saudara kita yang terkena bencana di NTT,” ungkap pria yang akrab disapa Ogun.

Ia mengatakan hasil penggalangan dana tersebut nantinya akan langsung diserahkan kepada Yayasan KUN Humanity System,

“Dana yang sudah kita kumpulkan ini langsung kita serahkan kepada kawan-kawan yang respon di sana (NTT), rencananya satu perwakilan dari Tapin akan ikut turun ke lapangan,” jelasnya.

“InsyaAllah dalam minggu-minggu ini Yayasan KUN Humanity System akan turun ke lapangan. Kita sedang mengatur tim, tidak sembarang turun, assessment dulu, baru kita turun,” tambah Ogun.

Ia berharap dengan pemutaran film tersebut masyarakat ataupun komunitas yang ada di Tapin lebih peduli lagi terhadap lingkungan.

“Karena lingkungan itu penting untuk keberlangsungan hidup kita. Menjaga hutan sama halnya menjaga kehidupan kita,” harapnya.

Di sisi lain, Ketua Gerakan Lestari Seni (Gelas) Budaya Tapin, M Rizkan Fadhiil mengatakan secara umum pelajaran akan film Kinipan tersebut bisa saja terjadi lagi di tempat yang lain.

“Jika hilang atau menurunnya kepedulian akan lingkungan, lahan adat dan sebagainya. Film seperti ini harus terus menerus ditayangkan sebagai edukasi,” ungkapnya.

Rizkan menambahkan, restorasi ekosistem tidak dapat dilakukan oleh satu pihak, harus multifungsi, pemerintah, pelaku usaha, masyarakat dan sebagainya.

“Benar-benar harus melibatkan masyarakat. Karena mereka sangat mampu saya yakini dalam melestarikan, dilihat dari apa yang mereka lakukan secara turun temurun,” jelasnya.

Diketahui, pemutaran film dokumenter tersebut diselenggarakan taat dengan protokol kesehatan dan penonton yang terbatas. Setiap komunitas hanya diperbolehkan hadir dua orang saja.