Viral Bernyanyi Saat Berkendara Bisa Kurangi Stres, Benarkah?

Pernyataan soal bernyanyi saat berkendara bisa mengurangi stres viral di media sosial.

Ilustrasi. Foto-Net

apahabar.com, BANJARMASIN - Pernyataan soal bernyanyi saat berkendara bisa mengurangi stres viral di media sosial.

Dari unggahan akun Twitter @UNSfess_, disebut teori ini berdasarkan pandangan psikologi.

"Psikologi: Bernyanyi random saat berkendara dapat mengurangi beban stres," tulisan dari postingan akun tersebut.

Lantas, benarkah berkendara sambil mendengarkan musik bisa mengurangi beban stres?

Terkait unggahan tersebut, psikolog klinis Christin Wibhowo menjelaskan, bernyanyi dapat meredakan hormon kortisol dan dinilai bisa mengurangi stres.

Menurut Christin, bahkan jika lagu yang dinyanyikan tersebut lagu sedih sekalipun bisa tetap mempengaruhi mood seseorang.

“Paling tidak jadi sarana untuk katarsis. Jadi kalau misalnya anak muda patah hati kemudian bernyanyi, itu akan jadi lega nyaman, dan lagu ada iramanya, jadi menyenangkan,” kata dia dikutip dari Kompas.com, Selasa (9/5).

Namun yang perlu diperhatikan, jika seseorang bernyanyi saat berkendara harus tetap selalu berhati-hati.

Termasuk fokus dalam mengemudi dan melihat jalan. Pihaknya juga menyarankan, jika mendengarkan lagu saat berkendaraan, sebaiknya tidak menggunakan earphone atau headset.

“Khawatirnya jadi tidak memperhatikan kondisi jalan. Karena kita akan larut dengan lagu dan tidak mendengar kondisi di sekitarnya seperti kalau ada yang mengklakson,” jelasnya.

Sementara itu, menurut Dosen Psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo stres adalah tekanan yang sebenarnya setiap hari selalu dialami seseorang. Stres yang bisa dikurangi saat bernyanyi itu adalah stres ringan dan sedang.

Beberapa gejala stres ringan di antaranya dada berdebar-debar, pikiran cukup kacau, dan mudah mangatasi hingga muncul ide. Sementara gejala stres sedang seperti terbayang-bayang masalah yang menyebabkan stres secara terus menerus, berkeringat dingin, atau migrain.

“Tapi setelah 1-3 hari, biasanya stres sedang akan berangsur mereda,” tuturnya. Kemudian yang termasuk stres berat mempunyai gejala yang akan muncul seperti hipertensi, alergi kumat, pola hidup seperti pola tidur menjadi acak-acakan. “Kalau stresnya berat, itu bisa memengaruhi gangguan psikologi. Kalau stres berat umumnya mentalnya sudah tidak terkendali,” jelasnya.

Ratna pun memberikan cara yang cukup cepat untuk mengurangi stres, antara lain:

1. Butterfly hug, memeluk dan menepuk ringan diri sendiri,

2. Relaksasi pernapasan Membayangkan tempat yang nyaman,

3. Relaksasi otot untuk mengurangi ketegangan otot.