Sejarah Magelang

Van Lith, Imam Katolik Legendaris dan Pejuang Pendidikan di Magelang

Franciscus Georgius Josephus Van Lith adalah imam Jesuit dari Belanda. Dia juga dikenal sebagai pejuang pendidikan di Pulau Jawa khususnya di Magelang.

Franciscus Georgius Josephus Van Lith (Dok. KITLV Leiden)

apahabar.com, MAGELANG - Franciscus Georgius Josephus Van Lith adalah imam Jesuit dari Belanda yang menjadi pejuang pendidikan di Pulau Jawa khususnya di Magelang.

Berbeda dengan bangsa kolonial lain, kehadiran Van Lith di Magelang diterima masyarakat. Sebab, ia mampu menyelaraskan agama Katolik dengan kebudayaan Jawa yang melekat di Magelang.

Awalnya, Van Lith sengaja dikirim pemerintah kolonial ke Magelang untuk menjalankan misi 'Gospel' (penyebaran agama).

Namun, dalam perjalanannya, Van Lith bertekad untuk menyejahterakan masyarakat Jawa di bidang pendidikan.

"Van Lith datang dan bergerak membangun sekolah Katolik pertama di Magelang bernama Normaalschool pada 1900 an," kata seorang masyarakat setempat sekaligus pegiat sejarah, Budiyono (60) saat ditemui apahabar.com, Jumat (15/12).

Pertamakali tiba di Magelang, Van Lith tinggal di sebuah desa bernama Desa Semampir, di pinggir Kali Lamat.

Setelah membangun Normaalschool, Van Lith mendirikan sekolah guru bahasa Belanda atau Kweekschool pada 1904, dan sekolah pendidikan guru pada 1906.

"Romo Van Lith pertamakali membabtis 171 umat di Sendangsono pada 14 Desember 1904," tutur Budi.

Sejak saat itu, lokasi pembaptisan tersebut menjadi tempat ziarah rohani yang terkenal bernama Gua Maria Sendangsono.

"Awalnya yang berziarah cuma umat Katolik, lama kelamaan ada banyak dari berbagai agama dan banyak daerah, ada yang sekedar untuk singgah melihat sejarahnya saja," imbuhnya.

Setelah sukses mendirikan Normaalschool dan Kweekschool, pada 1911, Van Lith mendirikan sekolah seminari atau sekolah untuk calon pastor pertama di Indonesia.

Banyak lulusan Van Lith yang menjadi pastor terkenal dan bahkan ada yang menjadi pahlawan kemanusiaan Indonesia seperti Mgr A Soegijapranata (Romo Soegija).

Tahun demi tahun dilalui Van Lith dengan terus memperbaiki kualitas pendidikan di Magelang. Namun sayang, pada 1920, kondisi kesehatan Van Lith sudah mulai menurun dan terpaksa kembali ke Belanda.

Kepulangan Van Lith ke Belanda secara tidak langsung membuat misi pendidikannya di Jawa terhenti sementara. Hingga pada Juni 1924, Van Lith kembali dan menetap di Semarang dan mendapat perawatan serta sambutan baik dari penduduk di sana.

Meski mendapat perawatan maksimal, kesehatan Van Lith ternyata tak kunjung membaik.

Akhirnya, pada 9 Januari 1926, Van Lith tutup usia di salah satu rumah sakit di Semarang.

"Atas permintaan masyarakat dan pemerintah Kolonial, jenaz Van Lith kemudian dibawa ke Muntilan dan dimakamkan di pemakaman Katolik di Muntilan," ujar Budi.

Sebab, di Muntilan terdapat peninggalan Van Lith yang masih berdiri yakni SMA Pangudi Luhur Van Lith.

Sekolah yang didirikan Franciscus Georgius Josephus Van Lith (Dok. KITLV Leiden)

Sepeninggal Van Lith, sekolah tersebut diserahkan kepada Kongregasi Bruder Fratrum Immaculatae Conceptionis (FIC) pada 1952.

"Sampai saat ini sekolahnya masih terkenal dan sukses, namanya SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan," pungkasnya.