Sidak Bahan Pokok

Usai Nataru, Mendag Zulhas Cek Harga Bahan Pokok di Pasar Palmerah

Usai Natal dan tahun baru 2024, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mendatangi Pasar Palmerah, Jakarta Pusat untuk meninjau stabilitas harga dan pasokan kebutuha

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mendatangi Pasar Palmerah, Jakarta Pusat untuk meninjau stabilitas harga dan pasokan kebutuhan pokok, Kamis (4/1). Foto: Ayyubi/apahabar.com

apahabar.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mendatangi Pasar Palmerah, Jakarta Pusat untuk meninjau stabilitas harga dan pasokan kebutuhan pokok usai libur Natal dan Tahun Baru 2024, Kamis (4/1).

Pertama, dia mengecek harga ayam per potong. Termasuk menanyakan berapa harga satu ekor yang biasa dijualnya kepada pembeli.

"Ada yang Rp30.000, Rp35.000 ada yang Rp50.000, cuma yang Rp50.000-nya udah habis," ujar pedagang tersebut.

Baca Juga: Girang Dengar Harga Cabai di Semarang Turun, Mendag: Horeee!

Pedagang daging ayam itu juga menjelaskan, harga ayam selama empat bulan terakhir cukup stabil.

"Hanya kemarin tiga hari jelang tahun baru naik, soalnya pemasoknya tutup jadi stoknya terbatas," tutur dia.

Mendengar jawaban itu, Zulhas mengangguk-angguk. Kemudian, ia menyapa sejumlah ibu yang sedang belanja daging ayam.

Baca Juga: Mendag Zulhas soal TikTok Shop akan Beroperasi: Asal Taat Aturan!

Kemudian dia lanjut untuk memeriksa harga cabai dan bawang. Harga kedua bahan pokok tersebut diketahui sempat melambung hingga Rp100.000 sebelum libur Natal dan Tahun Baru 2024.

Zulhas menanyakan harga bahan pokok tersebut Kepada salah satu pedagang. "Berapa bu sekarang harganya?" tanya Zulhas.

"Bawang Rp45.000, cabai dari petani Rp50.000, (dijual) Rp70.000," jawab dia.

"Kalau yang itu (cabai rawit) Rp75.000 pak," tambah dia.

Baca Juga: Menteri Zulhas Ajak Pengusaha AS Berinvestasi di IKN

Lanjutnya, dia menanyakan dari mana pedagang itu memperoleh bahan pokok tersebut.

"Ambil dari mana bu?" tanya Zulhas.

Untuk bawang merah dan putih, pedagang itu mengaku mendapat stok dari Brebes, Jawa Tengah. Sementara untuk cabai dia mengaku mendapat dari Pasar Induk, Kramat Jati.

"Bawangnya dari Brebes pak, kalau cabai kita ngambilnya di Kramat Jati," jawab dia.

Baca Juga: Menperin Akui Perbedaan Budaya Picu Kecelakaan Kerja di Smelter

Meski harga cabai ini turun, Zulhas mengatakan harga tersebut masih terlalu tinggi, melihat harga cabai di Aceh yang kini sedang murah-murahnya karena panen raya.

Dia meyakini, mahalnya harga cabai tersebut lantaran untuk mengirim cabai dari daerah ke jakarta memakan ongkos yang tidak sedikit.

"Oh, gitu. Sekarang di Aceh lagi panen raya. Dari Aceh, Nusa Tenggara Barat, sudah murah (harga cabainya). Ongkosnya yang mahal ke sini," celetuk Zulhas.

Lalu, Zulhas lanjut menanyakan harga jual bahan pokok lainnya, yakni telur dan beras. Salah seorang pedagang bernama Rudi.

Kata pedagang itu harga telur perkilonya naik Rp1.000, menjadi Rp27.000 yang sebelumnya, d iakhir tahun lalu masih berkisar di harga Rp26.000

"Sekilo Rp27.000 pak, naik seribu telur," kata pedagang telur itu. 

Baca Juga: Ledakan Smelter Morowali Terus Berulang, Menperin Siapkan Sanksi

Zulhas merasa harga tersebut masih aman, karena dari pemerintah sendiri mematok harga telur Rp28.000.

"Iya aman itu kalau dari pemerintah itu Rp28.000," terang Zulhas.

Sementara itu, ketika menghampiri para pedagangan beras, Zulhas kemudian mendapat sambutan hangat.

Lantaran para pedangan beras itu mengaku senang dengan harga beras yang stabil dan tidak ada kenaikan lagi. Meski belum ada penurunan.

Baca Juga: Jokowi Minta Perketat Pengawasan Distribusi Pupuk Subsidi

Diketahui harga beras satu karung seberat 50 kilogram harganya Rp550.000. Menurut Zulhas, itu adalah harga yang stabil dan tak ada kenaikan sama sekali.

"Stabil, harga beras stabil, gak naik lagi cuma turun belum. Terima kasih, ya," ujar pedagang beras sambil tersenyum.

"Bagus-bagus," balas Zulhas.