Kalsel

Usai Kebakaran Lahan, Batola Diancam Banjir Kiriman

apahabar.com, MARABAHAN – Musim kemarau mulai beranjak pergi, bukan berarti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Barito…

Desa Tabatan Baru di Kecamatan Kuripan yang hampir setiap tahun terimbas banjir kiriman dari daerah lain. Foto-Istimewa

apahabar.com, MARABAHAN – Musim kemarau mulai beranjak pergi, bukan berarti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Barito Kuala bisa bersantai. Pasalnya, memasuki musim penghujan, banjir menjadi potensi bencana berikutnya.

Memang sudah tiga tahun Batola tidak terjadi banjir besar. Namun setelah musim kemarau yang cukup lama sepanjang 2019, banjir besar berpotensi terjadi.

Pun bencana banjir yang terjadi di Batola, tidak sepenuhnya disebabkan curah hujan tinggi di wilayah sendiri.

“Banjir di Batola tak sama dengan daerah lain. Biasanya merupakan banjir kiriman dari kabupaten dan provinsi tetangga, karena Batola bukan kawasan yang memiliki pegunungan,” sahut Kepala Pelaksana BPBD Batola, Sumarno, Selasa (22/10).

“Menghadapi kemungkinan terburuk, kami sudah duduk bersama dengan instansi terkait dalam penyusunan dokumen rencana kontijensi. Dokumen ini yang menjadi pedoman tanggap darurat banjir di Batola,” imbuhnya.

Rencana kontijensi tersebut di antaranya berisi kajian bencana banjir, peta risiko bencana, peta bahaya banjir dan peta evakuasi. Kemudian pelaksanaan simulasi mandiri dan gladi lapang.

“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kecamatan rawan banjir adalah Jejangkit, Mandastana, Kuripan, Tabukan dan Bakumpai,” papar Sumarno.

Kendati kontijensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi ketidakpastian, penyusunan rencana tanggap darurat menghadapi banjir sudah selayaknya dilakukan Batola.

“Dalam Indeks Risiko Bencana (IRB) yang disusun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Batola menempati urutan 77 dari 514 kabupaten/kota di Indonesia,” tegas Sumarno.

“Artinya Batola dikategorikan memiliki risiko tinggi, karena target nasional penanganan bencana menyasar 136 dari 514 kabupaten/kota tersebut,” imbuhnya.

Sementara berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan mulai meningkat di akhir Oktober 2019.

“Kedatangan musim hujan di setiap daerah berbeda. Musim hujan di Banjarmasin, Tabalong dan Balangan diperkirakan mulai akhir Oktober,” jelas Goeroeh Tjiptanto, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru.

Disusul Banjarbaru, Banjar dan Tapin mulai awal November, dilanjutkan pertengahan November di daerah lain. Biasanya Tanah Laut paling terakhir didatangi awal musim hujan.

“Hampir semua daerah di Kalimantan Selatan berpotensi mengalami banjir, terutama Batola yang berada di dataran rendah,” tegas Goeroeh.

“Namun sebelum menghadapi awal musim hujan, masyarakat juga diingatkan bahaya angin puting beliung. Batola, Banjarmasin dan Banjarbaru paling rentan mengalami puting beliung sebagai dampak dari perubahan tata lahan,” tandasnya.

Baca Juga: Alasan Banjarmasin Tak Mau Beralih ke Solar Cell

Baca Juga: Kemenpan RB Evaluasi Kabupaten Banjar, Pemkab akan Bangun Mall Publik

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin