Pembunuhan Ibu Kandung

Usai Bantai Ibunya, di Hadapan Polisi Rifki Azis Mengaku Menyesal

Setelah membunuh ibu dan menganiaya ayah kandungnya, Rifki Azis (RA) Ramadhan mengaku menyesal.

Tersangka pembunuh Ibu Kandung

apahabar.com, DEPOK - Setelah membunuh ibu dan menganiaya ayah kandungnya, Rifki Azis (RA) Ramadhan mengaku menyesal. Pembunuhan itu terjadi di Jalan Bakti ABRI Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos pada Kamis (10/8) pagi.

Rifki Azis (23) mengaku tega membunuh ibunya dan melukai ayahnya karena dendam dan benci kepada kedua orang tuanya. Rifki mengaku harus menahan tangis setiap hari akibat omelan dari kedua orang tuanya itu.

“Atas kejadian ini saya menaruh sakit hati yang mendalam, saya menaruh kebencian yang setiap harinya saya harus menangis tapi harus pura-pura kuat,” katanya, Jumat (11/8).

Sekarang Rifki harus mempertanggunjawabkan perbuatannya. Ia mengakui perbuatannya itu sebagai sebuah kesalahan dan siap menanggung akibatnya.

Baca Juga: Rifki Azis Bunuh Ibu Kandung, Polisi: Pelaku Dituduh Tidak Transparan

“Saya pun tetap menyesal atas kejadian yang sudah saya lakukan,” akunya.

Anak pertama dari dua bersaudara itu mengaku sejak kecil kerap dimarahi oleh orang tuanya. Rifki menuturkan, dirinya menjadi pelampiasan orang tuanya jika sedang kesal.

“Sejak SD dimarahi. Alasan yang mungkin mereka sendiri melampiaskan yang sedang terjadi sama mereka. Iya (pelampiasan orang tua),” ujarnya.

Rifki sering curhat ke temannya jika sedang kesal karena dimarahi oleh orang tuanya. Ia mengaku tidak bisa menceritakan isi hatinya kepada orang tua karena seakan mereka tidak peduli. Untuk itu ia memilih bercerita kepada temannya.

Baca Juga: Seorang Ibu di Depok Diduga Tewas Dibacok Anak Sendiri

“Untuk saat ini curhat ke teman,” katanya.

Kini ibunya Sri Widiastuti (43) sudah tiada akibat tusukan yang dihujani Rifki sebanyak 50 kali. Atas perbuatannya Rifki mengaku menyesal karena tak kuasa membendung emosinya.

“Terutama pada ibu saya, saya sangat menyesal. Maaf atas apa yang sudah saya lakukan kepada ibu, lalu kepada ayah saya. Maafkan saya, saya tidak bisa membendung emosi saya, saya tidak bisa menahan rasa jengkel saya,” akunya.