Hot Borneo

Tungro Gerogoti Padi di Batola, Legislator Kalsel Minta Kebijakan Pemerintah

apahabar.com, BANJARMASIN – Penanggulangan tungro yang menyerang padi di Barito Kuala, mendapat perhatian dari anggota DPRD…

Tanaman padi milik petani di Desa Tamba Jaya yang mulai menguning, setelah diserang tungro. Foto: Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Penanggulangan tungro yang menyerang padi di Barito Kuala, mendapat perhatian dari anggota DPRD Kalimantan Selatan, H Karlie Hanafi Kalianda.

Tungro disebabkan virus yang ditularkan hama wereng hijau. Padi yang terinfeksi tungro menjadi kerdil, daun berwarna kuning disertai bercak-bercak berwarna coklat.

Ironisnya belum ditemukan insektisida yang dapat menghentikan tungro. Namun demikian, terdapat beberapa cara yang bisa ditempuh. Di antaranya memberi nutrisi agar ketahanan padi meningkat.

Opsi lain berupa pembakaran lahan pasca panen demi menghentikan siklus hidup virus. Masalahnya pembakaran merupakan tindakan melawan hukum, sesuai Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

“Memang menurut petani di kawasan pasang surut seperti di Batola, belum ditemukan obat-obatan pembasmi tungro yang mematikan tanaman padi,” papar Karlie Hanafi.

“Kecuali dengan cara pembakaran. Masalahnya pembakaran lahan bisa dijatuhi hukuman berupa kurungan badan atau denda. Inilah yang menjadi buah simalakama.” imbuhnya.

Menyikapi aturan tersebut, Karlie Hanafi meminta kebijakan dari pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, dalam rangka pembasmian tungro.

“Oleh karena belum menemukan obat-obatan pembasmi tungro, satu-satunya jalan adalah membakar tanaman padi yang terserang hama tersebut,” beber Karlie.

Andai dibiarkan berlarut-larut, produktivitas panen di Bumi Selidah dikhawatirkan terus merosot. Di sisi lain, Batola juga menjadi lumbung pangan Kalsel.

“Dari 15 yang dikunjungi selama reses dalam masa persidangan pertama Januari hingga April 2022, serangan tungro mencapai 30 hingga 40 persen,” jelas Karlie.

“Hal itu sedikit banyak akan mempengaruhi produksi padi di Batola yang juga sebagai lumbung padi Kalsel,” tandasnya.

Rusak Ratusan Hektar

Sementara dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan PTH) Batola, Murniati, menjelaskan bahwa tungro menyerang 710 hektare dari luas tanam 78.000 hektare.

Kemudian tercatat sekitar 3.200 hektar yang sudah dikendalikan dari serangan tungro dengan berbagai metode.

“Kerusakan padi tak semua disebabkan tungro. Juga terdapat difesiensi unsur hara yang dipengaruhi tingkat keasaman tanah, sehingga membuat padi berwarna kuning,” beber Murniati.

“Kami pun sudah dibantu Pemprov Kalsel untuk melaksanakan gerakan massal pengendalian wereng hijau. Bantuan nutrisi kepada petani yang memiliki lahan di bawah 2 hektare, juga sudah diberikan,” sambungnya.

Adapun kawasan terluas serangan tungro terjadi di Kecamatan Anjir Pasar. Situasi ini diperparah dengan irigasi yang kurang terpelihara.

“Kalau melihat kondisi di lapangan, tampaknya tidak mengakibatkan puso, tetapi membuat produktivitas menurun,” tegas Murniati.

“Penyebabnya padi umur 2 bulan ke bawah, serangan tungro masih bisa dikendalikan. Namun kalau sudah 2 bulan ke atas, tentu agak sulit. Makanya diperlukan antisipasi yang cepat,” tandasnya.