Bank Devisa

Tunggu Restu OJK, Bank Sampoerna Siap Berevolusi jadi Bank Devisa

PT Bank Sahabat Sampoerna sedang menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi bank devisa.

Ilustrasi Bank Sampoerna, FOTO/Dok. Bank Sampoerna

apahabar.com, JAKARTA - PT Bank Sahabat Sampoerna sedang menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi bank devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melakukan kegiatan jual-beli secara keseluruhan dengan menggunakan mata uang asing hingga ke luar negeri.

"Kami sudah ajukan ke OJK permohonan izinnya dan sedang menunggu," ujar Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra Jakarta, Rabu (21/6).

Dengan menjadi bank devisa, Bank Sampoerna akan melebarkan sayap bisnisnya ke foreign exchange (forex) dan remitansi dengan membidik nasabah segmen usaha kecil dan menengah (UKM). Selanjutkan, merambah ke pembiayaan ekspor impor atau trade finance. Bank Sampoerna juga bakal mengarahkan bisnis sebagai bank devisa ke arah digital.

Baca Juga: Digitalisasi Layanan, BI: Kebanksentralan Dukung Pemulihan Ekonomi

"Mengarahnya ke digital, mungkin nanti belum tentu semua cabang bisa transaksi forex, tetapi semua di digital," ujar Hengky.

Bank Sampoerna merupakan bank dengan fokus utama segmen UMKM. Pada Maret 2023, perseroan tercatat menyalurkan pinjaman senilai Rp2,9 triliun. Dari jumlah itu, senilai Rp1,4 triliun disalurkan kepada UMKM. Nilai ini naik 81 persen secara tahunan (yoy).

Penyaluran kredit tersebut menjadi salah satu pendorong kinerja Bank Sampoerna selama 3 bulan pertama tahun ini. Perseroan membukukan laba bersih senilai Rp18,36 miliar atau tumbuh 42 persen secara yoy.

Baca Juga: Periode 2005-2023, LPS Lakukan Resolusi Terhadap 119 Bank

Dari sisi pendanaan, himpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Sampoerna hingga akhir Maret 2023 tercatat Rp11,2 triliun, meningkat 23,1 persen dibandingkan dengan dana yang dihimpun pada satu tahun sebelumnya.

Saat ini Bank Sampoerna telah mengadopsi strategi digitalisasi dan berkolaborasi dengan lebih dari 40 perusahaan fintech, multifinance, koperasi simpan pinjam (KSP), dan institusi keuangan lainnya.

Kolaborasi itu membantu menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan dan memberikan akses ke sumber daya dan solusi teknologi yang dibutuhkan oleh UMKM untuk mengembangkan bisnis.