Trending! Tupperware Terancam Bangkrut, Akibat Harga Saham Anjlok

Perusahaan produk rumah tangga, Tupperware Brands Corp (TUP.N), terancam gulung tikar.

Ilustrasi. Foto-Net

apahabar.com, BANJARMASIN - Perusahaan produk rumah tangga, Tupperware Brands Corp (TUP.N), terancam gulung tikar.

Dilansir dari ABC News, perusahaan Tupperware terancam bangkrut karena kesulitan finansial. Selain itu, kabarnya saham Tupperware juga turun sebesar 90 persen selama setahun terakhir.

Bahkan, pada Senin (10/4/2023) saham perusahaan tersebut kembali turun hampir 50 persen. Tak sampai di situ, New York Stock Exchange sempat memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari daftar karena tidak mengajukan laporan tahunan yang wajib dilakukan.

Analis ritel dan Direktur Pelaksana di GlobalData Pengecer, Neil Saunders mengatakan, penurunan jumlah penjualan juga menyebabkan perusahaan ini nyaris mengalami kebangkrutan.

"Penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda," ujar Saunders dilansir dari kompas, Rabu (12/4).

Penurunan itu pun membuat Tupperware tidak memiliki cukup uang untuk mendanai operasinalnya.

Sebagai informasi, sudah berdiri selama 77 tahun, merek dagang Tupperware muncul pada 1946.

Mulanya, merek dagang Amerika Serikat ini adalah sebuah kaleng cat dari plastik. Inovasi itu terjadi setelah era Depresi Hebat di Amerika Serikat.

Pebisnis sekaligus ahli kimia, Earl Silas Tupper mengaku terinspirasi untuk membuat desain wadah dengan segel kedap udara. Dengan begitu, keluarga miskin yang terdampak perang bisa menghemat uang dengan cara menyimpan makanan mereka lebih lama.

Teknologi tersebut dikenal dengan "segel bersendawa". Produk ini kemudian menyebar luas ke berbagai negara dan dicintai oleh ibu-ibu. Popularitas penjualannya kian meledak di era 1950-an.

Kenaikan penjualan itu dipengaruhi oleh para perempuan yang sukses memasarkan produk tersebut dari mulut ke mulut. Meskipun dibuat oleh pebisnis laki-laki, namun pemasaran produk Tupperware identik dengan ibu-ibu.

Strategi pemasaran ini juga memungkinankan perempuan mendapatkan penghasilan tambahan di tengah peran domestiknya.