Transplantasi Rambut Bisa Berujung Maut, Seberapa Bahaya Prosedur Ini?

Seorang pria asal India, Athar Rasheed, meninggal dunia usai menjalani transplantasi rambut. Lantas, seberapa bahaya prosedur cangkok rambut ini?

Transplantasi rambut bisa berujung maut, seberapa bahaya prosedur ini? (Foto: dok. AFP)

apahabar.com, JAKARTA - Seorang pria asal India, Athar Rasheed, meninggal dunia usai menjalani transplantasi rambut setahun lalu. Dia mengalami sepsis yang menyebabkan sekujur tubuhnya membengkak.

“Putraku meninggal dengan kematian yang sangat menyakitkan. Ginjalnya berhenti berfungsi dan kemudian semua organ lainnya ambruk," kata Asiya Begum, ibunda dari eksekutif televisi India itu, mengutip AFP, Selasa (6/12).

Sebelum Rasheed berpulang, pihak keluarga sempat mengabadikan momen terakhirnya. Dari foto itu, wajah sang mendiang terlihat bengkak, bahkan ruam hitam pun muncul di sekujur tubuhnya.

Kematian Rasheed yang demikian bukanlah kali pertama terjadi di India. Pada 2019, seorang pria bernama Shrawan Kumar Choudhary juga dikabarkan meninggal usai menjalani prosedur transplantasi rambut.

Dokter kulit yang menangani Choudhary mengaku kliennya memang sempat merasakan efek komplikasi selama tindakan. Pria yang kala itu berusia 43 tahun ini mulai menderita sakit leher, hingga merasa sulit bernapas.

Lantas, Apakah Transplantasi Rambut Berbahaya?

Transplantasi rambut sendiri merupakan prosedur untuk mengembalikan rambut pada area kulit kepala yang mengalami penipisan hingga kebotakan. Pemindahan rambut itu biasanya diambil dari bagian belakang atau samping kepala, lalu ditanam kembali di bagian depan atau atas.

Sebagaimana prosedur bedah lainnya, transplantasi rambut jugaa memiliki risiko dan efek samping. Di antaranya, perdarahan, bekas luka, dan pertumbuhan rambut baru yang tidak wajar.

Beberapa orang bahkan mengalami folikulitis, yaitu infeksi atau peradangan pada folikel rambut saat rambut baru mulai tumbuh. Efek samping ini tegolong ringan, di mana dapat disembuhkan dengan antibiotik.

Selain itu, efek samping transplantasi rambut juga ditunjukkan dengan reaksi alergi terhadap obat bius. Kasus ini sebenarnya sangat jarang terjadi, di mana probabilitasnya sekitar 1 dari 10.000 pasien.

Pasien yang dibius dapat memicu reaksi alergi berupa syok anafilaksis. Adapun reaksi lainnya berupa timbul rasa gatal, sulit menelan, batuk, dan pembengkakan di bagian tubuh tertentu.

Tak cuma alergi, prosedur yang juga disebut cangkok rambut ini berpotensi meningkatkan risiko terhadap takikardia atau percepatan detak jantung. Kondisi ini sebenarnya bersifat sementara, tetapi bisa berakibat fatal pada pasien dengan penyakit jantung.

Datang ke Ahli adalah ‘Kunci’

Efek samping sebagaimana yang disebutkan di atas sejatinya tak begitu mengancam nyawa. Asalkan mendapat penanganan tepat, transplantasi rambut mampu berjalan lancar sekaligus mengurangi risiko berujung maut.

Itulah sebabnya, bila ingin melakukan prosedur cangkok rambut, pastikan Anda benar-benar ditangani oleh ahli bedah atau dermatologis. Mereka biasanya akan memeriksa kondisi tubuh terlebih dahulu, kemudian barulah mengambil tindakan selanjutnya.

Adapun tahapan transplantasi rambut, umumnya, dimulai dengan pemerian obat bius lokal agar kulit kepala mati rasa. Kemudian, dokter akan membagi area cangkok menjadi beberapa bagian dengan masing-masing jumlah helai rambut yang berbeda.

Dokter lantas bakal membuat lubang sesuai dengan jumlah cangkokan dengan pisau bedah atau jarum. Lalu, cangkokan rambut ditanam di lubang-lubang tersebut secara perlahan.

Lamanya operasi pencangkokan ini tergantung pada seberapa banyak rambut yang dicangkok. Namun, biasanya memakan waktu sekitar empat sampai delapan jam. Jadi, tertarikah Anda untuk melakukan prosedur ini?