Kesetaraan Gender

Transgender dan Dinamika Beragama

Transgender masih berada dalam bayang-bayang ketakutan untuk lantang beragama karena diskriminasi.

Fikri Abdillah (kanan) saat berbicara tentang penerimaan diri dan agama pada diskusi LETSS. Foto: Reka/apahabar

apahabar.com, JAKARTA - Kerap didiskriminasi transgender masih berada dalam bayang-bayang ketakutan untuk lantang mengakui agamanya.

Pengalaman dinamika ketuhanan juga dirasakan oleh Fikri Abdillah, transpria yang juga mengidentifikasi sebagai queer ini berkesempatan membagi ceritanya, dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh Feminist Knowledge Production and Circulation, Minggu (4/12).

Dalam kesempatan itu ia dengan lantang menjelaskan jika pengalaman ketuhanan juga milik kelompok minoritas seperti transgender. 

Bukan tidak pernah ia mengalami penolakan, apalagi ia berasal dari keluarga yang tergolong religius. Suatu hari, Fikri pernah bertanya pada guru agamanya tentang ekspresi gender dan gejolak yang ia miliki. 

"Ya aku sempat tanya dengan ustad, dia bilang 'kalau Tuhan cuma ciptain laki-laki dan perempuan kan kurang asik toh fik' guyonan-nya gitu," tuturnya menceritakan proses penerimaan dirinya sebagai transpria. 

"Hal-hal itu kemudian justru menamparku meskipun dalam tubuh transgender sendiri ada penolakan dalam diri, karena itu tadi orang-orang sekitar, karena selama ini yang kita tahu yang kita percayai bahwa hanya ada laki-laki dan perempuan, bahwa ada queer, transgender dan berbagai macam gender lain itu ya tidak terakomodir," katanya menambahkan. 

Menyandang hidup sebagai transpria sudah cukup rumit, ia juga sempat mengalami keputusasaan saat berhadapan dengan Tuhan. "Mau ibadah aja bingung, dan ini masalah yang sangat personal, karena tiap orang bertemu Tuhan-nya kan secara personal," imbuhnya lagi. 

Stigma terhadap kelompok minoritas di masyrakat melanggengkan kekerasan dan diskriminasi yang terus mengakar. Akibatnya tidak sedikit kawan transgender yang takut mendeklarasikan diri jika dirinya juga bertuhan. Stigma yang terus mengular ini juga melahirkan banyak tragedi kemanusiaan. Dalam diskusi ini, upaya menepis pandangan negatif itu terus digencarkan. Fikri berharap, kawan trans tidak lagi takut mengekspresikan identitas dirinya, juga Tuhan yang ia percaya.