Kalsel

Tolong! Pemuda Mandiangin Menderita Tumor Ganas Tak Ada Biaya ke Rumah Sakit

apahabar.com, MARTAPURA – Taufiq Gazali, pemuda 21 tahun ini menderita tumor ganas. Benjolannya cukup besar di…

Oleh Syarif
Taufiq Gazali warga Desa Mandiangin Barat, penderita tumor ganas hanya bisa terbaring di kasur sambil dirawat sang ibu. Foto-apahabar.com/hendralianor.

apahabar.com, MARTAPURA – Taufiq Gazali, pemuda 21 tahun ini menderita tumor ganas. Benjolannya cukup besar di pundak dan dada kirinya.

Warga Desa Mandiangin Barat, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalsel ini hanya bisa pasrah lantaran tak punya biaya untuk berobat.

Sempat dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin selama lima bulan, namun pihak rumah sakit tidak dapat menanganinya dan menyarankan untuk dirujuk ke salah satu rumah sakit di Surabaya.

Sepulang dari RSUD Ulin beberapa bulan lalu, kondisinya makin memprihatinkan. Sudah 20 hari belakangan ini ia seperti lumpuh, tidak bisa lagi berdiri.

Di rumah, anak kedua dari empat bersaudara terbaring lesu sambil menahan sakit. Rusmawati (45), ibu Taufiq tampak merawat dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Betapa tidak, dari makan hingga buang air harus dilayani. Khusus untuk buang air kecil, harus menggunakan ventilator.

Selain rasa sakit, Taufiq juga sering secara tiba-tiba merasakan sesak napas dan harus menggunakan alat pembantu napas oksigen.

“Kalau malam sering tidak bisa tidur karena rasa sakit dan sesak napas. Kata dokter di RS Ulin penyakit tumor thorax,” ujar Rusmawati saat ditemui di kediamannya di RT 01 Desa Mandiangin Barat, Kamis (15/7).

Rusmawati mengaku hanya pasrah dan berharap ada bantuan dari pemerintah atau dermawan.

Tabung oksigen yang digunakan, Rusmawati mengaku harus membeli dengan berutang. Tabung yang digunakan berukuran 5 Kg.

“Beli oksigennya di Banjarbaru seharga Rp 1.050.000. Isi ulangnya hampir tiap hari harus diisi, sekali mengisi Rp 105.000,” tuturnya.

Rusmawati sebelumnya tidak pernah mengira bahwa benjolan kecil di bahunya bakal menjadi ganas.

“Awalnya kecil sejak usia tiga tahunan. Dikira cuma bengkak biasa lalu diurut,” ucapnya.

Setahun belakangan, benjolan tampak membesar, sehingga dirujuk ke RSUD Ratu Zalecha Martapura. Oleh pihak rumah sakit disarankan agar dirawat ke RSUD Ulin Banjarmasin. Di sana ia mengaku cukup bingung untuk mengurus administrasi yang ia kurang memahami.

“Di Ulin lima bulan dirawat. Tidak ada tindakan operasi. Hingga akhirnya disarankan dirujuk ke rumah sakit di Surabaya. Kata dokter, di Ulin tidak cukup lengkap alat untuk tidakan operasi sehingga jika dilakukan tidak bisa benar-benar bersih membuang penyakitnya,” kata Rusmawati.

Karena tidak punya biaya, ia terpaksa memilih pasrah dan pulang ke rumah.

“Sepulang dari Ulin ini benjolannya membesar drastis hingga tidak bisa berjalan lagi. Pulang dari Ulin sudah lama, beberapa bulan lalu,” katanya.
Sementara, Kepala Desa Mandiangin Barat Rustam mengatakan pihaknya sudah berupaya membantu Taufiq dalam mengurus keperluan ke rumah sakit.

“Kita juga sudah berkoordinasi dengan pihak Puskesmas. Karena kendala biaya, sehingga tidak bisa dirujuk ke Surabaya,” ujar Rustam.
Ia berharap ada solusi untuk kesembuhan warganya ini baik melalui bantuan Pemerintah Kabupaten Banjar atau para dermawan.