Tolak Penawaran IPO, SP Mathilda Kalimantan Khawatir Aset Negara Berpindah Tangan

Adanya keputusan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) Pertamina Geothermal Energy (PGE) mendapat penolakan dari Serikat Pekerja (SP)

SP Mathilda menyatakan penolakan IPO. apahabar.com / Riyadi

apahabar.com, BALIKPAPAN – Keputusan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) Pertamina Geothermal Energy (PGE), mendapat penolakan dari Serikat Pekerja (SP) Mathilda Kalimantan.

Penolakan tersebut sebagai sikap tegas Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) yang tergabung bersama 24 serikat pekerja Pertamina lain di seluruh Indonesia.

SP Mathilda mencurigai upaya privatisasi anak usaha Pertamina yang berkonsentrasi kepada energi panas bumi itu.

"Ini sudah swastanisasi. Dalam Undang Undang Perseroan kalau sudah IPO, 1 persen saham pun tidak bisa disebut minoritas. Ini yang menjadi persoalan untuk kami,” tegas Ketua Umum SP Mathilda Kalimantan, Saptono Nugroho, Jumat (10/2).

Kebijakan tersebut dirasa berpengaruh besar kepada hajat hidup rakyat. Hal ini juga menjadi Amanah Undang Undang Dasar Pasal 33 ayat 2, sehingga tidak bisa dianggap sepele.

“Meskipun diswastakan, bukan masalah kalau tidak IPO  karena saham masih punya Pertamina. Itulah alasan penyebab diswastanisasikan, supaya bisa IPO,” tegas Saptono.

Sementara Ketua Dewan Penasihat SP Mathilda Kaltim, Mugiyanto, mengakui langkah IPO tidak bertentangan dengan hukum. Namun PGE tetap harus dimiliki oleh negara, karena sebagai perusahaan pengelola sumber daya yang menguasai hajat hidup orang banyak.

“Bicara aset negara, kami menentang soal perpindahan kepemilikan. Secara legal memang bisa dilakukan, tapi dengan mudah beralih kepemilikan kalau sudah IPO," beber Mugiyanto.

Sepak terjang bisnis PGE terbilang baik. Hingga akhir 2022, PGE berhasil membukukan laba Rp57 triliun yang tercatat sebagai keuntungan tertinggi sepanjang sejarah.

Namun melalui laman resmi, PT PGE baru-baru ini mengumumkan rencana Initial Public Offering (IPO) dengan melepas saham maksimal 25 persen atau berjumlah Rp9,7 triliun. PGE selanjutnya akan memanfaatkan dana penjualan tersebut untuk kebutuhan belanja modal.

PT PGE mengklaim langkah ini telah mendapat dukungan PT Pertamina, seusai mendapat surat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Rangkaian bookbuilding pelepasan saham bergulir mulai 31 Januari 2023 hingga 9 Februari 2023 dengan jumlah Rp10,35 miliar. Sementara periode penawaran umum perdana saham dijadwalkan 20-22 Februari 2023 dan pencatatan perdana di papan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 24 Februari 2023.