Berita Barito Kuala

Titik Longsor Bertambah, Warga Tanjung Harapan Batola Tagih Tanggung Jawab

Jalan longsor yang terjadi di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Alalak, Barito Kuala (Batola), terus bertambah setiap hari.

Sejumlah warga melintas di jalan yang longsor di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Alalak, Barito Kuala. Foto: Istimewa/Ibrahim

apahabar.com, MARABAHAN - Jalan longsor yang terjadi di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Alalak, Barito Kuala (Batola), terus bertambah setiap hari.

Longsor mulai terjadi sejak Agustus 2022, atau diduga setelah Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III melakukan rehabilitasi saluran sekunder 5 yang berada di samping jalan.

Diketahui sebagian besar jalan di Batola dibuat dari tanah setempat. Tak sedikit pula yang awalnya berupa tanggul irigasi, lalu beralih fungsi menjadi jalan poros.

BWS Kalimantan III sendiri sudah berupaya membatasi longsor dengan membuat siring dari kayu galam. Namun titik longsor terus bertambah, termasuk di titik yang sudah disiring.

Akibatnya akses lalu lintas terganggu, karena jalan kabupaten di Tanjung Harapan itu menyempit dan sulit dilewati mobil.

Pun masyarakat mulai khawatir mengalami kecelakaan di titik longsor, terutama kalau berkendara malam hari.

"Jalan yang tergerus sudah mencapai sekitar 1,3 kilometer dengan titik longsor lebih dari 30," papar Kepala Desa Tanjung Harapan, Suriani, Senin (13/11).

"Kami berharap kerusakan bisa diperbaiki, terlebih itu merupakan jalan satu-satunya di desa yang digunakan anak-anak bersekolah, hingga akses distribusi bahan pokok," imbuhnya.

Baca Juga: Lelang Sudah Selesai, DIR Handil Bakti Segera Dikeruk

Baca Juga: Percepat Penurunan Banjir, Sungai Handil Bakti Batola Segera Dibersihkan

Terlepas dari dampak negatif, normalisasi saluran tersebut diakui juga mendatangkan manfaat. Salah satunya mengurai debit air di Kecamatan Mandastana, terutama pascabanjir kiriman dari Banjar.

"Kami berterimakasih kepada BWS yang sudah menormalisasi sekunder 5. Sebenarnya banyak manfaat yang diperoleh, seperti memperlancar aliran air di Tanjung Harapan," tukas Suriani.

"Sebelumnya 800 meter menuju Sungai Barito, terjadi pendangkalan yang cukup parah. Imbasnya kiriman pirit dari desa-desa di Mandastana tertahan di RT 2, lalu mengalir ke lahan persawahan," sambungnya.

Kemudian tanah hasil pengerukan saluran, membentuk jalan permukiman di seberang jalan poros, "Sehingga warga yang sebelumnya terisolasi lantaran ketiadaan jalan, sekarang semakin dipermudah," imbuh Suriani.

Selain melakukan penyiringan, BWS bersama Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Batola sudah meninjau titik longsor.

"Alhamdulillah BWS dan Dinas PUPR Batola sudah datang untuk memeriksa langsung dampak normalisasi sungai," jelas Suriani.

"Namun kami tetap berharap perbaikan dapat dilakukan segera, sehingga jalan kembali seperti sediakala," pungkasnya.