News

Tidak Mau Rugi Berkepanjangan, Jokowi Akan Menggiring Investor Asing dengan Menghentikan Ekspor Bahan Mentah

apahabar.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo memeringatkan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri…

Presiden Joko Widodo. Foto: BPMI Setpres

apahabar.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo memeringatkan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (KADIN), khususnya yang berada di sektor pertambangan untuk bersiap menghadapi kebijakan larangan ekspor bahan tambang mentah seperti bauksit, tembaga, timah dan lainnya.

"Kapan ? Sudah tidak ada siap atau tidak siap. Stop! kita dibawa digugat di World Trade Organization silahkan. Digugat juga tidak ada masalah," kata Jokowi saat memberi arahan kepada Kamar Dagang dan Industri (KADIN) melalui siaran daring, Selasa (23/8).

Jokowi menerangkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah bertujuan agar pengusaha asing mau bekerja sama dengan Indonesia. dengan begitu, pengusaha asing akan membuka industri dan menyokong teknologi. Karena itu, Jokowi meminta KADIN agar mencari rekan kerja dari luar negeri, guna mendorong pertumbuhan iklim investasi di Indonesia.

"Kalau tidak siap joint, cari partner, mudah sekali sekarang Indonesia ini. Tanya Ketua KADIN, berbondong-bondong harian orang datang ingin investasi, ajak saja. Entah dari Korea, entah dari Jepang entah dari RRT (Republik Rakyat Tiongkok), entah dari Eropa," kata Jokowi.

Sebab, kata Jokowi, dengan menghentikan ekspor bahan mentah tambang di Indonesia, membuat pengusaha asing tidak memiliki pilihan. Alternatif yang akan dilakukan pengusaha asing adalah dengan membangun industri di Indonesia. Dengan begitu, kebutuhan teknologi di Indonesia dapat terpenuhi, termasuk suntikan modal akan masuk ke Indonesia.

Jokowi juga menegaskan agar Indonesia sebaiknya menghentikan ekspor bahan mentah. Sebab, hal tersebut sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun. Dia memaparkan pendapatan yang diperoleh dari nikel saja kurang lebih mencapai USD 35-40 miliar. Kondisi tersebut yang menyebabkan neraca perdagangan mengalami minus USD7 miliar pada 2012.

"Ini contoh dengan RRT minus USD7,7 miliar pada 2021. Karena kita ekspor besi baja menjadi minus defisit kita menjadi minus USD2,4 miliar tahun ini. Kita pastikan dengan RRT, surplus ini tolong ditarik ke bahan bahan mentah yang lainnya jangan hanya nikel," tutupnya. (Resti)