Hot Borneo

Terus Turun, Harga Migor di Kalsel Sudah Rp 16 Ribu

apahabar.com, BANJARMASIN – Harga minyak goreng curah di Kalimantan Selatan diklaim terus mengalami tren penurunan. Hasil…

Suasana penjualan minyak goreng curah di salah pangkalan Banjarmasin. Foto-apahabar/Syaiful Riki

apahabar.com, BANJARMASIN – Harga minyak goreng curah di Kalimantan Selatan diklaim terus mengalami tren penurunan.

Hasil monitoring Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Kalsel di dua pasar: Sederhana dan Antasari Banjarmasin, rata-rata harga migor curah sudah menyentuh Rp 15 ribu/liter. Sementara di pasar Kalindo, harganya mencapai Rp 16 ribu/liter.

"Ada penurunan dari harga yang sebelumnya kisaran Rp 17-18 ribu per liter," kata Kepala Disdag Kalsel Birhasani kepada apahabar.com, Selasa (24/5).

Di satu sisi, dia mengklaim ketersediaan migor curah masih sangat aman. Hal ini tidak lepas dari sempat diberlakukannya penyetopan ekspor minyak kelapa sawit.

Sejak aturan itu mulai berlaku pada 28 April lalu, ketersediaan migor disebut-sebut melimpah ruah.

Biasanya sebelum terjadi krisis minyak goreng, stok yang ada di distributor maupun pedagang besar hanya sekitar 1 juta liter.

Namun sekarang, ketersediaannya sudah di angka 1,7 juta liter. "Artinya, jumlahnya jauh melebihi kondisi normal," tambahnya.

Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat agar tidak perlu lagi khawatir akan kelangkaan minyak goreng. Sebab, persediaan di tingkat distributor diyakini cukup aman.

Jika melihat secara nasional, harga migor curah di pasaran juga mengalami penurunan. Meski angkanya masih belum menyentuh Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500/kg.

Sebelum pelarangan ekspor, harga rata-rata nasional migor curah berkisar 19.800. Setelah ada larangan ekspor, harga rata-rata nasional turun jadi Rp 17.200-17.600

Presiden Joko Widodo dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu, berujar pemerintah terus menambah pasokan minyak goreng curah baik melalui penyaluran yang dilakukan oleh BUMN maupun perusahaan swasta.

Sejak kebijakan pelarangan ekspor minyak diterapkan, pemerintah pun memantau implementasinya dan mendorong langkah-langkah untuk memastikan ketersediaan minyak goreng memenuhi kebutuhan masyarakat.

Berdasar pengecekan langsung di lapangan dan laporan yang diterima, Jokowi menyebut pasokan minyak goreng telah memenuhi kebutuhan nasional 194 ribu ton per bulan. Bahkan pasokannya melampaui kebutuhan rata-rata nasional.

Pada Maret sebelum larangan ekspor, pasokan 64,5 ribu ton. Usai adanya pelarangan ekspor April, pasokan 211 ribu ton per bulan melebihi kebutuhan nasional bulanan kita," ucap Jokowi.

Jokowi mengumumkan mencabut larangan ekspor CPO dan minyak goreng per 23 Mei 2022. Kebijakan itu mempertimbangkan 17 juta orang tenaga kerja yang bergerak di bidang industri sawit, baik petani, pekerja, maupun tenaga pendukung lainnya.

"Meskipun ekspor dibuka, pemerintah akan tetap mengawasi dan memantau dengan ketat agar pasokan terpenuhi dan terjangkau," kata Jokowi.