Hot Borneo

Terungkap Penyebab Barito Kuala Simpan Vaksin Astrazeneca Kedaluwarsa Terbanyak

apahabar.com, MARABAHAN – Terungkap penyebab Barito Kuala menyimpan vaksin Covid-19 varian Astrazeneca kedaluwarsa terbanyak di Kalimantan…

Ilustrasi vaksin Covid-19. Foto-net

apahabar.com, MARABAHAN – Terungkap penyebab Barito Kuala menyimpan vaksin Covid-19 varian Astrazeneca kedaluwarsa terbanyak di Kalimantan Selatan.

Sebanyak 51.630 dosis vaksin Astrazaneca di Kalsel sudah kedaluwarsa sejak 28 Februari 2022. Data Dinas Kesehatan Kalsel, puluhan ribu dosis itu berasal dari 7 daerah.

Barito Kuala menyumbang angka terbanyak hingga 40.420 dosis, disusul Banjarmasin 4.040 dosis dan Banjarbaru 3.710 dosis.

Kemudian Hulu Sungai Utara 1.570 dosis, Tabalong 840 dosis, Hulu Sungai Tengah 620 dosis, dan Tanah Laut 430 dosis.

“Memang Batola memiliki paling banyak vaksin Astrazeneca yang kedaluwarsa 28 Februari 2022. Bahkan hal ini sudah kami prediksi sejak awal,” papar Kepala Dinas Kesehatan Batola, dr Azizah Sri Widari, Rabu (2/3).

“Penyebabnya jumlah dosis yang datang dari pusat melebihi alokasi sasaran vaksinasi di Batola sebanyak 244 ribu penduduk,” imbuhnya.

Penyebab lain yang memicu penumpukan Astrazaneca kedaluwarsa adalah jadwal penyuntikan. Diketahui vaksin varian ini baru mulai diterima Batola sejak pertengahan Desember 2021.

“Mereka yang mendapatkan dosis pertama di akhir Desember 2021, baru akan mendapatkan dosis kedua di minggu pertama Maret 2022. Kalau belum sesuai ketentuan, tentu dosis kedua tak bisa disuntikkan lebih awal,” beber Azizah.

Dalam upaya mengurangi penumpukan, Batola merelokasi kelebihan vaksin Astrazeneca ke sejumlah kabupaten/kota di Kalsel sejak Januari 2022.

“Kami sudah merelokasi lebih dari 15.000 dosis ke sejumlah daerah, seperti Kotabaru dan Banjarmasin. Namun tetap saja masih banyak,” jelas Azizah.

“Kemudian beberapa hari sebelum expired, kami juga melakukan percepatan penyuntikan, dibantu beberapa satuan perangkat kerja di Pemprov Kalsel,” imbuhnya.

Risiko Tinggi

Sebelumnya Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Kalsel, Rudy M Harahap, menyebut vaksin Astrazeneca paling berisiko tinggi mengalami kedaluwarsa.

“Kebanyakan vaksin ini berupa hibah. Ketika diterima dari negara pemberi hibah, masa kedaluwarsa vaksin sudah mepet,” papar Rudy.

Penyebab lain adalah stigma di masyarakat tentang Astrazaneca yang dianggap belum halal. Hal ini sudah menjadi kendala sejak lama.

“Vaksin kedaluwarsa ini bukan hanya menjadi masalah di Kalsel, melainkan juga di sejumlah provinsi lain," sahut Sukamto, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kalsel.

Terlepas dari vaksin kedaluwarsa, capaian vaksinasi di Batola sudah mencapai 84 persen, sesuai catatan dalam aplikasi Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN).

Puluhan Ribu Dosis Vaksin Astrazaneca di Kalsel Kedaluwarsa, Vaksin Senilai Rp4,9 M Itu Terbuang Sia-sia