Nasional

Terpilih Jadi Rais Aam PBNU, Kiai Miftachul Akhyar Diminta Tak Rangkap Jabatan

apahabar.com, JAKARTA – KH Miftachul Akhyar kembali terpilih menjadi Rais Aam PBNU melalui musyawarah anggota ahlul…

KH Miftachull Akhyar. Foto-Net.

apahabar.com, JAKARTA – KH Miftachul Akhyar kembali terpilih menjadi Rais Aam PBNU melalui musyawarah anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) di Muktamar ke-34 di Lampung. Namun demikian, AHWA memintanya untuk fokus mengembangkan NU, sehingga ia diminta tidak merangkap jabatan di organisasi lain.

Saat ini KH Miftachul Akhyar tercatat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) .

Fotum AHWa terdiri dari sembilan anggota, yakni KH Dimyati Rais, KH Mustofa Bisri, KH Ma’ruf Amin, KH Anwar Mansur, TG Turmudzi, KH Miftachul Akhyar, KH Nurul Huda, KH Ali Marbun, KH Zainal Abidin.

Forum AHWA menyepakati agar KH Miftachul tak merangkap jabatan di organisasi lain.

“Ada anggota AHWA berpendapat antara lain pendapat itu kalau ingin menjadi rais aam Nahdlatul Ulama 2021-2026 diharapkan untuk tidak rangkap jabatan di organisasi lain. Ada pandangan seperti itu dan itu disetujui oleh seluruh anggota AHWA bahwa rais aam fokus di dalam pembinaan dan pengembangan jamiyah Nahdlatul Ulama ke depan,” kata KH Zainal Abidin, salah satu anggota AHWA seperti dikutip apahabar.com dari Detik.com, Senin (27/12).

Hal itu kemudian ditanyakan ke Miftachul Akhyar sebagai rais aam terpilih. Dia siap patuh terhadap arahan tersebut.

“Lalu kami berdiskusi dan berdialog dengan rais aam terpilih, beliau berkata dengan sangat santun sekali sami’na waathona,” ujar KH Zainal Abidin.

Dalam sambutannya, Miftachul merasa seperti orang yang salah minum obat setelah ditetapkan jadi Rais Aam PBNU.

“Saya tidak tahu apa yang akan saya sampaikan rasanya hanya seperti seorang yang salah meminum obat yang lolak lolok,” ucap Mitachul Akhyar di Lampung, Jumat (24/12).

Dia menerima keputusan musyawarah anggota AHWA dengan lapang dada. Miftachul Akhyar yakin bahwa dirinya mampu bekerja secara kolektif dengan para kader NU yang lain.

“Yang diputuskan kami tidak membantah dan itu memang keadaannya. Tapi kami yakin bahwa kami tidak akan bekerja sendiri kami akan bekerja secara kolektif,” kata Miftachul Akhyar.

Musyawarah AHWA meminta Miftachul Akhyar tak rangkap jabatan di organisasi lain. Artinya, Miftachul juga kemungkinan besar harus melepaskan jabatan Ketua Umum MUI yang diembannya sejak 2020. Lantas siapa yang bakal jadi suksesornya?

Seperti diketahui, Ketua Umum MUI biasanya diisi oleh sosok dari NU atau Muhammadiyah. Jika Ketua Umum MUI dari NU, biasanya posisi Sekjen MUI dari Muhammadiyah. Begitu pun sebaliknya.

Sebagai contoh, dua periode terakhir kepengurusan MUI, posisi ketum diisi oleh tokoh dari NU. Ma’ruf Amin menjadi Ketum MUI pada 2015-2020 dan Sekjennya adalah Anwar Abbas.

Sedangkan pada periode selanjutnya, Miftachul Akhyar terpilih menjadi ketum. Sedangkan sekjennya adalah Amirsyah Tambunan.

Kini kemungkinan besar posisi Ketum MUI bakal ditinggalkan Miftachul Akhyar setelah ada arahan dari AHWA. Jika melihat struktur MUI, saat ini terdapat dua wakil ketua umum, yaitu Anwar Abbas dan Marsudi Syuhud. Namun belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai posisi Ketum MUI tersebut.