Kalsel

Terkuak, Motif Suami Tega Bunuh Istri di Takulat Tabalong

apahabar.com, TANJUNG – Kasus pembunuhan istri di Desa Takulat, Kabupaten Tabalong begitu menyita perhatian. Terlebih, kekerasan…

Persoalan asmara rumah tangga memicu pembunuhan Widiyanti. Foto: Ist

apahabar.com, TANJUNG – Kasus pembunuhan istri di Desa Takulat, Kabupaten Tabalong begitu menyita perhatian. Terlebih, kekerasan rumah tangga (KDRT) itu dilatari cemburu buta. Pelaku MI (26) menuding istrinya telah berselingkuh.

Akibatnya, nyawa Widiyanti (25) melayang. Wanita kelahiran Banjarmasin 16 Mei 1999 itu tewas terlentang dengan luka hebat di bagian kepala belakang, Selasa (6/7) dini hari tadi.

“Kejadian ini berawal dari adanya permasalahan rumah tangga yang dugaan suaminya bahwa sang istri selingkuh,” kata Kasus pembunuhan istri oleh suaminya ternyata Kapolres Tabalong AKBP M Muchdori melalui Kasubag Humas Iptu Mujiono kepada apahabar.com.

Saat ini pelaku sudah diamankan di Mapolres Tabalong guna proses pemeriksaan. Pelaku diserahkan oleh keluarganya sendiri.

Usai pembunuhan, petugas gabungan dipimpin Kasat Reskrim AKP Trisna Agus Brata dengan tim inafis yang meninjau lokasi kejadian menyita sejumlah barang bukti.

“Barang bukti yang disita di antaranya 1 buah batu dan 1 lembar baju korban warna abu-abu yang terdapat bercak darah,” ungkap Mujiono.

Atas perbuatannya MI terancam Pasal 44 ayat 3 Undang-Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

“Ancaman hukuman 15 tahun penjara", tandas Iptu Mujiono.

Kronologi Pembunuhan

Lokasi pembunuhan Widi, di RT 2 Desa Takulat, Kelua, Tabalong. apahabar.com/Ami

Pelan tapi pasti, misteri penyebab tewasnya Widiyanti, seorang ibu rumah tangga di Desa Takulat, Kelua, Kabupaten Tabalong, terungkap.

Selasa (6/7) tadi pagi, perempuan 22 tahun itu ditemukan tewas bersimbah darah di kediaman sepupunya, RT 01.

Penelusuran media ini, kuat dugaan jika perempuan muda itu dihabisi oleh suaminya sendiri, MI (26).

Lantas, bagaimana awal kekerasan dalam rumah tangga berujung maut tersebut?

Kejadian rupanya bermula saat suami korban mencari istrinya ke tempat D warga Kelua, yang merupakan pemilik toko ponsel, Senin 5 Juli sekitar pukul 12.00.

Saat itu kendaraan istrinya ada di situ, tetapi yang dicari tak menampakkan batang hidung.

Saat ditanya, D mengaku tak tahu. MI lantas mencari-cari Widi di toko ponsel itu.

Meski sempat marah-marah, MI tak kunjung menemukan Widi di toko ponsel itu.

Sehabis magrib tiba-tiba korban dan keluarga suaminya mendatangi rumah LurahPulau, Pahrudin.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Kedatangan mereka untuk dipertemukan dengan D karena telah berbohong tidak mengetahui keberadaan Widi saat didatangi suaminya siang itu.

Sementara korban sendiri mengaku kalau dia saat itu berada di toko D untuk mentransfer uang ke ibunya di Banjarbaru.

Sekitar pukul 21.00 pertemuan antara keluarga MI dan D berlangsung dengan dihadiri sejumlah pihak.

Dalam pertemuan itu, D diminta membayar uang kesopanan sebesar Rp2,5 juta karena dianggap berbohong hingga MI mengamuk.

"Dengan pembayaran uang kesopanan itu persoalan selesai, meski MI tidak dihadirkan karena ditakutkan membuat keributan," jelas Kepala Desa Takulat, Ramlan kepada apahabar.com.

Setelah pertemuan itu, korban pulang ke rumah sepupunya. Kemudian suaminya menyusul hingga petaka pembunuhan terjadi.

"Kami tidak tahu lagi ceritanya bagaimana sebelum kejadian pembunuhan di rumah itu, " kata Ramlan.

Terpisah, Lurah Pulau, Pahrudin membenarkan malam tadi ada warga Takulat datang ke rumahnya didampingi kades.

"Mereka datang sehabis magrib, dengan maksud berbaikan, karena D berbohong tidak ada istri pelaku," jelasnya.

Pada pukul 21.00, pertemuan dimulai dengan menghadirkan D, keluarga MI dan istrinya. Dari pihak Kelurahan dihadiri ketua RT 4 dan lainnya.

"Dalam pertemuan itu, saya menanyakan mana MI, kenapa tidak dihadirkan? Oleh keluarganya tidak usah dihadirkan karena bisa membuat keributan," jelas Pahrudin.

Dalam berita acara pertemuan, D membayar uang kesopanan Rp2,5 juta dan membantu mencarikan handphone MI yang hilang saat mengamuk di ponselnya.

"Belakangan handphone itu tertinggal di rumahnya sendiri dan sudah ditemukan," pungkas Pahrudin.

Rupanya setelah itu korban datang ke rumah sepupunya berinisial H di Desa Takulat RT 01 untuk menginap menenangkan diri.

Dari informasi dihimpun apahabar.com, korban ke rumah sepupunya sekitar pukul 22.00, Senin malam, 5 Juli.

Kemudian sekitar pukul 22.30, suaminya datang untuk menemui istrinya.

Setelah itu korban tidur di kamar dan suaminya tidur di ruang samping kamar tidur korban.

Sekitar pukul 03.00, saksi RA mendengar ribut-ribut di dalam kamar. Dan ia pun bangun untuk berusaha membuka pintu kamar. Namun pintu tersebut terkunci hingga ia mendobraknya.

Setelah pintu terbuka, ia melihat korban dan suaminya berkelahi adu fisik. Ia punberusaha melerainya sambil berteriak minta tolong.

Saat itu korban dilaporkan sudah dalam keadaan terlentang dan diketahui sudah meninggal dunia. Pipinya lebam, dan terdapat luka di leher atas. Sejurus kemudian pelaku diserahkan keluarganya ke Polsek Kelua.