Kalsel

Terhempas di Gelombang Ketiga, Mampukah Kalsel Merdeka dari Covid-19?

apahabar.com, BANJARMASIN – Dua remaja menenteng karton berwarna kuning di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, tepat di…

Banyak cara untuk meramaikan HUT RI ke-76 di tengah ancaman Covid-19. Sejumlah siswa dari Kelayan turun ke jalan untuk menyuarakan kegelisahannya akan pembelajaran online. apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN – Dua remaja menenteng karton berwarna kuning di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, tepat di momen detik-detik upacara hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 tadi siang, Selasa (17/8).

Karton itu berisi kalimat “Agustus kali ini lombanya bertahan hidup?” Ditulis tangan dengan spidol hitam. Dipamerkan kepada pengendara yang melintas sebagai pesan.

Kalimat itu begitu satir. Maknanya dalam. Menandakan masyarakat sadar bahwa kondisi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Virus korona masih merajalela. Mengancam siapa saja.

“Itu kritik yang menohok,” Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Hidayatullah Muttaqin memberikan komentar.

Kalimantan Selatan saat ini masih berjuang untuk keluar dari kungkungan gelombang ketiga penularan Covid-19.

Jumlah kasus meningkat cepat di periode akhir Juli-awal Agustus. Peningkatan tak lepas dari peran aktor Covid-19 Delta, varian asal India yang konon lebih cepat menular, dan berbahaya ketimbang virus lainnya.

“Gelombang ketiga Covid-19 di Kalsel mulai terjadi seiring dengan lonjakan kasus pada akhir Juni,” ungkap dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan ULM ini.

Ledakan kasus harian Kalsel baru terlihat besar pada bulan Juli di mana rata-rata terjadi 385 kasus konfirmasi positif Covid-19. Dan 9 kasus kematian per harinya.

Ironisnya, memasuki Agustus, dalam suasana perayaan kemerdekaan RI jumlah kasus positif rata-rata bertambah sebanyak 702 dan kematian 29 kasus per hari.

Secara kumulatif jumlah penduduk yang dikonfirmasi positif Covid-19 dari 1 hingga 17 Agustus bertambah sebanyak 11.931 sedangkan kesembuhan hanya 8.088 orang.

“Sementara jumlah kematian dalam periode tersebut bertambah sebesar 490 kasus,” beber Taqin.

Situasi ini menggambarkan sangat besarnya ledakan angka kasus Covid-19 Kalsel pada gelombang ketiga. Dan dahsyatnya dampak varian ini terhadap kecepatan penularan-penyebaran.

“Dampak kesakitan penderitanya, jumlah penduduk yang dirawat di rumah sakit hingga korban hilangnya nyawa,” ujarnya.

Lantas bagaimana agar Kalsel bisa ‘merdeka’ dari gelombang ketiga, dan tak terperosok ke gelombang keempat? Kunci utamanya pengetatan pembatasan baik secara implementasi maupun peraturannya.

“PPKM juga harus semakin diketatkan baik dalam pengertian implementasinya maupun dari sisi peraturannya. Langkah mitigasi sangat penting untuk menjaga rumah sakit tidak kolaps dan korban kematian yang lebih besar dapat dihindarkan,” pungkasnya.

Sekilas Varian Delta

Badan Litbangkes, Pusdatin dan Paskhas Kementerian Kesehatan RI dalam Laporan Mingguan Penanganan Covid-19, 24-30 Juli menyebut varian Delta telah teridentifikasi di Kalimantan Selatan.

Laporan tersebut menyebut hasil sekuensing virus SARS-CoV-2 dari 510 kasus konfirmasi di Indonesia pada minggu epidemiologi ke-30 ditemukan 165 kasus varian Delta atau 32,35%.

Selain Kalsel, daerah baru yang resmi dijamah varian Delta pada minggu tersebut, adalah Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua Barat. Khusus Kalsel dari jumlah varian Delta yang ditemukan adalah satu dari total 50 sekuens per 30 Juli.

Lantas seberapa berbahayakah varian mutasi dari India dengan garis turunan B.1.617.2 ini?

Oleh WHO, Organisasi Kesehatan Dunia, varian ini dimasukkan sebagai Variants of Concern (VOC) karena lebih berbahaya.

Varian ini memiliki kecepatan penularan lebih tinggi 60 persen dari varian Alpha Inggris, dua kali lebih besar risiko penderita masuk rumah sakit, dapat menurunkan efektivitas vaksin dan munculnya kasus reinfeksi.

"Karakteristik varian Delta inilah yang identik dengan cepatnya pertumbuhan kasus di Kalsel dari bulan Juli tadi yang menyebabkan lonjakan pasien Covid-19 di rumah sakit," ujar Taqin.

Adanya rilis resmi dari Litbangkes Kementerian Kesehatan mengenai temuan varian Delta di Kalimantan Selatan, mestinya menjadi pelecut untuk meningkatkan kewaspadaan dan upaya pencegahan penularannya.

Pemerintah membuat strategi kebijakan yang tepat, cepat dan implementatif dan partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilannya.

"Kita harus menurunkan mobilitas penduduk secara signifikan dan menaikkan penerapan protokol kesehatan agar kasus penularan dapat diturunkan," ujarnya.

Jika varian Delta memiliki kecepatan penularan yang lebih tinggi maka masyarakat perlu menghindari adanya kerumunan. Termasuk kegiatan vaksinasi perlu dirancang secara lebih baik ke depannya agar potensi kerumunan dapat dimitigasi.

"Sementara strategi 3T (testing, tracing dan treatment) perlu di-booster dalam rangka menemukan secepat-cepatnya dan sebanyak-banyak warga yang telah terinfeksi Covid-19 untuk diisolasi. Sedangkan yang bergejala berat atau memiliki komorbid dan berusia lanjut perlu segera mendapatkan treatment di rumah sakit," pungkas Taqin.

Lihat Mural 'Wabah Sebenarnya adalah Kelaparan' yang Mejeng di Jalan Banjarmasin!