Pemkab Barito Kuala

Terdampak Pandemi, Pembuat Gitar Panting di Rantau Badauh Terpaksa Istirahat Panjang

apahapahabar.com, MARABAHAN – Pandemi Covid-19 memang telah mengganggu hampir semua aspek kehidupan, termasuk usaha pembuatan gitar…

Fahyudin merapikan gitar panting setengah jadi yang terpaksa gagal dipasarkan. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahapahabar.com, MARABAHAN – Pandemi Covid-19 memang telah mengganggu hampir semua aspek kehidupan, termasuk usaha pembuatan gitar panting yang digeluti Fahyudin.

Tidak kurang enam bulan sejak Maret 2020, perajin dari Desa Pindahan Baru di Kecamatan Rantau Badauh ini tidak lagi beraktivitas.

Padahal Fahyudin sudah membentuk puluhan gitar panting yang tinggal menunggu proses finishing. Imbasnya, barang-barang tersebut dibiarkan menumpuk di depan rumah.

Demikian pula bahan baku berupa kayu pohon kecapi dan nangka yang masih berbentuk gelondongan. Semuanya tidak tergarap lantaran ketiadaan pesanan.

“Sedianya gitar panting yang sudah setengah jadi itu merupakan pesanan orang,” ungkap Fahyudin, Senin (21/9).

“Namun setelah pandemi, pemesanan tersebut dibatalkan oleh yang memesan. Kami tidak bisa memaksa, karena memahami situasi dan kondisi,” imbuhnya.

Fahyudin memang hanya membuat panting setengah jadi, mulai dari menentukan ukuran, pemotongan kayu gelondong, badan gitar, hingga pengukiran kepala gitar.

Sedangkan finishing berupa penghalusan, pengecatan, pemasangan senar dan perangkat elektrik, serta pemasaran, dilakukan di galeri seni milik Muhammad Husni di Kelurahan Sungai Lulut Banjarmasin.

“Dalam sehari saya dapat menyelesaikan dua hingga gitar panting. Makanya pemesanan yang masuk biasanya dalam jumlah besar,” papar Fahyudin.

Harga gitar panting yang sudah dibekali perangkat elektrik, dibanderol sekira Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Sedangkan panting akustik berharga Rp600 ribu sampai Rp750 ribu.

Harga yang ditawarkan bisa mencapai Rp2 juta sampai Rp3 juta, seandainya bahan penutup tabung panting terbuat dari kulit asli.

“Meski tidak banyak, terkadang ada yang memesan panting setengah jadi. Biasanya dari sekolah-sekolah yang mempraktikkan cara pembuatan panting,” beber Fahyudin.

Kalau pemesanan cuma satu unit siap pakai, Fahyudin dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut sendiri, kendati hanya menggunakan peralatan manual.

Meski hanya membuat setengah jadi, Fahyudin berperan besar menentukan kualitas gitar panting. Tidak hanya harus kuat, suara yang dihasilkan harus merdu.

“Kami menjual bunyi, bukan kekuatan kayu. Makanya suara harus diperhatikan benar-benar,” tegas Fahyudin.

“Kemerduan bunyi yang dihasilkan gitar panting ditentukan jenis serat kayu, serta bentuk, kedalaman dan ketebalan tabung,” sambungnya.

Di samping gitar panting, sewaktu-waktu Fahyudin menerima pesanan pembuatan tarbang dan gitar gambus.

“Semoga kedepan kami mendapat pembinaan langsung dari pemerintah. Selain termasuk usaha kecil, ini juga merupakan upaya melestarikan kesenian daerah,” harap Fahyudin.

Sementara Kabid Perindustrian Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Barito Kuala, Wahyu Adibawono, sudah mendata eksistensi usaha Fahyudin.

“Kami segera melakukan pendataan untuk memperoleh pembinaan. Selain di Rantau Badauh, juga terdapat usaha serupa di Alalak,” tandasnya.