Terapkan Metode MTOT, Petani di Rantau Badauh Batola Berhasil Panen Semangka Tanpa Bakar Lahan

Petani di Desa Sungai Pantai, Kecamatan Rantau Badauh, Batola berhasil panen dengan menerapkan metode MTOT.

Suhaimi, petani asal Desa Sungai Pantai berhasil panen buah semangka dengan menerapkan metode MTOT. Foto: apahabar.com/Riyad.

PETANI di Desa Sungai Pantai, Kecamatan Rantau Badauh, Barito Kuala (Batola) berhasil panen dengan menerapkan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT). Selain mudah, pola pertanian ini dinilai lebih murah dan ramah lingkungan. Penerapannya pun diharapkan bisa lebih meluas.

*****

Kamis, 9 November 2023, matahari bersinar cerah, begitu pun perasaan Suhaimi, petani asal Desa Sungai Pantai, Kecamatan Rantau Badauh, Batola.

Pagi itu, Suhaimi menggelar syukuran kecil-kecilan atas keberhasilan panen buah semangka dari kebun seluas 0,5 hektar miliknya.

"Di musim penghujan, saya bertanam padi. Tanam semangka ini untuk mengisi di musim kemarau, di mana padi tak bisa tumbuh," katanya.

Menariknya, panen semangka itu merupakan hasil dari penerapan metode MTOT.

Dalam pelaksanaannya, MTOT adalah suatu metode penanaman tanpa membakar lahan untuk membukanya. Selain itu, pengaplikasian metode ini juga meminimalisir atau bahkan menghilangkan penggunaan alat mesin pertanian untuk mengolah tanah.

Metode MTOT ini hanya mengandalkan penggunaan lapisan penutup organik. Caranya, kumpai (jerami) sisa hasil panen padi atau rumput kering langsung direbahkan dan diselubungkan ke atas lahan yang hendak ditanami benih tanaman.

"Jadi, lahan pertanian dibuka tanpa harus dibersihkan, apalagi dibakar," ujarnya.

Selain ramah lingkungan, metode ini juga lebih ekonomis, karena mengurangi penggunaan pupuk kimia.

"Pemupukan kimia hanya dilakukan satu kali. Karena jerami yang direbahkan itu juga sudah menjadi pupuk alami. Itu juga membuat tanah menjadi lebih lembab di musim kering seperti ini, sehingga tak perlu sering disiram," paparnya.

Suhaimi menerapkan metode ini sejak tahun lalu. Awalnya hanya di pekarangan belakang rumah. Karena hasilnya cukup bagus, maka ia mulai mencobanya di lahan yang lebih luas.

"Alhamdulillah hasilnya bagus. Buahnya tumbuh lebih cepat dan lebih banyak," ceritanya.

Suhaimi menyisiri kebun untuk memanen buah semangka. Foto: apahabar.com/Riyad.

Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Badauh, Janaturahimah mengatakan, pertanian dengan metode MTOT ini adalah bagian dari program Udara Bersih Indonesia yang diinisiasi Yayasan Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy-Indonesia (FIELD Indonesia)

"Sejatinya metode pertanian yang ditawarkan oleh Yayasan Field adalah pertanian tanpa bakar, yang selaras dengan apa yang sudah dilakukan oleh petani kita di Rantau Badauh," tuturnya.

Menurutnya, program ini sangat bermanfaat dan membantu para petani.

Karena selain menekan biaya produksi, mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, pemberantasan hama, metode ini juga lebih menguntungkan.

"Jika metode konvensional hanya produksi 30 ton, maka dengan metode ini bisa menghasilkan sampai 40 ton per hektar," sebutnya.

Ke depan, kata dia, sosialisasi program ini akan lebih diluaskan. Karena sudah saatnya Kalsel kembali ke pertanian yang lebih sehat atau ramah lingkungan.

"Sejauh ini di Rantau Badauh ada 5 desa yang jadi pilot project program ini. Kegiatan ini sudah disosialisasikan kepada 54 dari 130 kelompok tani. Kita akan terus sosialisasikan agar menjadi lebih luas," tutupnya.

Fasilitator Yayasan FIELD Indonesia di Kalsel, Suhada mengatakan, pertanian dengan metode MTOT diperkenalkan kepada petani di Kalsel pada 2021.

"Kita implementasikan di lapangan pada 2022. Dengan metode ini, petani jadi lebih untung. Karena sangat murah dan mudah. Dan yang terpenting tidak membakar lahan," tekannya.

Di Kalsel, metode ini sudah dikenalkan kepada petani-petani di 3 kabupaten/kota, yakni Batola, Banjar, dan Banjarbaru.

"Melihat tanggapan masyarakat dan pemerintah yang bagus, kita akan meluaskannya lagi," tandasnya.