Tarif Primitive Monkey Noose Terungkap, Band Termahal di Kalsel?

Primitive Monkey Noose, band yang sedang populer di skena musik Kalimantan Selatan terus membuktikan eksistensinya.

Primitive Monkey Noose pada salah satu konsernya tahun ini. Foto-Dok PMN

apahabar.com, BANJARMASIN - Primitive Monkey Noose, band yang sedang populer di skena musik Kalimantan Selatan terus membuktikan eksistensinya.

Setelah merilis album kedua dan menjadi salah satu penampil di Synchronize Fest 2023, unit banjar punk ini masih sibuk dengan tur promosi album dan undangan manggung di sejumlah titik di Banua. 

Karena itu, wajar jika sejumlah pihak mulai mengira-ngira jika Primitive Monkey Noose punya standar tarif yang cukup tinggi untuk tampil di suatu event. 

Seperti diketahui, sebelumnya kelompok ini menjadi penampil di Synchronize Fest 2023, salah satu event musikal terbesar di Indonesia. Dalam event tersebut, Primitive Monkey Noose dibayar dengan harga yang sangat fantastis, setidaknya untuk ukuran band lokal. 

Berdasarkan catatan media ini, hanya Muram dari Banjarmasin dan Primitive Monkey Noose yang pernah mendapatkan undangan tampil di event tersebut. 

Dari situ apahabar.com kemudian mencoba mencari tahu berapa tarif Primitive Monkey Noose untuk satu kali manggung. Sang vokalis, Richie Petroza, meski tak mau blak-blakan, tetapi dia bersedia memberikan bocoran. 

"Dua digit," katanya, baru-baru ini. 

Tentunya, kata Richie, harga untuk event sekelas kabupaten, provinsi, dan nasional bisa saja berbeda. Namun, dia bersama personel Primitive Monkey Noose memang sengaja mematok harga lebih tinggi. 

"Ya, biar nggak sering-sering manggung," katanya sambil terkekeh.

Di tempat kelahirannya, Batulicin, Tanah Bumbu, Primitive Monkey Noose tak hanya sekelompok musisi yang menulis dan memproduksi lagu sendiri, mereka juga aktif membangun skena musik lokal dengan melibatkan sejumlah komunitas. Merchandise yang mereka produksi juga laku keras.

Saat ini band yang terbentuk pada 2021 ini sudah merilis dua album. Sejumlah karyanya sudah diapresiasi oleh banyak pihak, termasuk pengamat sekaligus kolektor musik Indonesia, David Tarigan, dan Eka Rock dari Superman Is Dead. 

Patut ditunggu kejutan apa yang akan diberikan kumpulan pria-pria kreatif ini selanjutnya...