Budaya Kalimantan Tengah

Tari Kayau Suku Dayak, Keberanian dan Kekuatan dalam Upacara Adat Kalimantan Tengah

Tari Kayau, budaya Suku Dayak yang memiliki nilai-nilai kuat dan sakral. Tarian ini dipercaya sebagai bentuk perlindungan dari adanya potensi serangan musuh.

Atraksi Tari Kayau. Foto: Lokadata.id

apahabar.com, JAKARTA – Tari Kayau, budaya Suku Dayak yang memiliki nilai-nilai kuat dan sakral. Tarian ini dipercaya sebagai bentuk perlindungan dari adanya potensi serangan musuh.

Di tengah lebatnya hutan Kalimantan Tengah, terdapat sebuah upacara adat yang menjadi simbol keberanian, kejantanan, dan kekuasaan bagi Suku Dayak.

Upacara tersebut dikenal sebagai Tari Kayau, yang memiliki makna mendalam sebagai bentuk perlindungan terhadap suku dari potensi musuh.

Tari Kayau bukan hanya sekadar tarian, melainkan suatu ritus yang diwariskan dari generasi ke generasi, memegang nilai-nilai sosial, pendidikan, dan tanggung jawab.

Makna dan Sejarah Tari Kayau

Tari Kayau. Foto: suaragongborneo

Tari Kayau memiliki akar yang dalam dalam budaya Suku Dayak. Dilakukan untuk memperlihatkan keberanian dan ketangguhan dalam melindungi keberadaan suku dari musuh-musuh potensial, tarian ini merupakan simbol nilai-nilai positif dalam masyarakat Dayak.

Selain itu, tarian ini juga menggambarkan tanggung jawab sosial anggota suku terhadap keamanan dan kesejahteraan bersama.

Tari Kayau pertama kali diturunkan oleh sosok berani bernama Urang Lindau Lendau Dibiau Takang Isang pada zaman dahulu. Dengan gagah berani, dia mengenalkan upacara ini sebagai ekspresi keberanian dan dedikasi terhadap suku.

Tahapan dalam Upacara Mengayau
Pementasan Tari Kayau Kalteng. Foto: rumbelnesia


Upacara Tari Kayau terdiri dari tiga tahap yang melibatkan serangkaian ritual dan simbolisme mendalam. Pertama, para pelaku mengantar sesaji pada Bentang, rumah adat Suku Dayak.

Tahap kedua, yang disebut turun Bentang, merupakan momen pengayauan pada kepala babi yang melambangkan musuh.

Tahap terakhir adalah memasuki Rumah Betang dengan diiringi oleh bunyi-bunyian musik.

Para peserta upacara harus mematuhi sejumlah aturan yang telah ditetapkan. Mereka harus menjaga kebersihan hati, tetap berada dalam kelompok yang kompak, dan tidak terpencar-pencar.

Sesaji yang diantar tidak boleh diambil atau dicuri oleh siapapun, menandakan kesucian dan keutuhan pelaksanaan upacara.

Dalam perkembangannya, Tari Kayau mengalami perubahan signifikan. Jika pada awalnya, kepala manusia menjadi persembahan, kini telah digantikan oleh kepala babi.

Perubahan ini mencerminkan evolusi budaya dan pandangan masyarakat terhadap kehidupan.

Peralatan yang digunakan dalam Tari Kayau mencakup tombak, perisai, dan mandau sebagai senjata tradisional Suku Dayak.

Selain itu, gong besar dan kecil turut mengiringi tarian ini, menciptakan suasana yang kental dengan nuansa keberanian dan kekuatan. Sesaji sebagai tanda penghormatan juga turut melengkapi perlengkapan upacara ini.

Tari Kayau, dengan segala elemen dan simbolismenya, bukan sekadar warisan budaya. Ia adalah cerminan dari keberanian dan semangat kesatuan Suku Dayak dalam menghadapi tantangan dan menjaga keberlangsungan hidup mereka.

Dalam konteks ini, Tari Kayau tidak hanya sebagai bentuk seni, tetapi juga sebagai kunci keberlanjutan dan keutuhan masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah.