Target Pemasukan Rp307 Triliun, Arab Saudi Luncurkan Maskapai Baru

Arab Saudi resmi meluncurkan maskapai baru bernama Riyadh Air. Maskapai baru ini ditargetkan menyumbang US$20 miliar atau setara Rp307 triliun

Ilustrasi, maskapai baru Arab Saudi, Riyadh Air. Foto-Daily

apahabar.com, JAKARTA - Arab Saudi menargetkan pemasukan US$20 miliar atau setara Rp307 triliun (asumsi kurs Rp15.370 per dolar AS) dengan diluncurkannya maskapai baru bernama Riyadh Air. 

Peluncuran Riyadh Air dipimpin langsung Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri (PM) Mohammed bin Salman (MbS) seperti dilansir CNN Indonesia yang mengutip Reuters pada Minggu (12/3) waktu setempat. Sementara itu, Tony Douglas yang malang melintang di dunia penerbangan didapuk sebagai Kepala Eksekutif Riyadh Air.

Selain diharapkan menyumbang Rp307 triliun untuk produk domestik bruto (PDB) non-minyak Arab Saudi, Riyadh Air diproyeksi menciptakan lebih dari 200 ribu lapangan kerja. Ini menyangkut pekerjaan langsung maupun tidak langsung di lingkungan Riyadh Air.

Riyadh Air ditargetkan melayani lebih dari 100 juta tujuan di seluruh dunia pada 2030. Lokasi kerajaan yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa diharapkan bisa menjadi gerbang dunia serta tujuan sektor transportasi, perdagangan, hingga pariwisata.

Maskapai anyar ini sepenuhnya dimiliki oleh dana kekayaan Arab Saudi, yakni Dana Investasi Publik (PIF). PIF terkenal memiliki aset lebih dari US$600 miliar dan menjadi pendorong utama upaya kerajaan untuk mendiversifikasi ekonomi dan tidak berfokus pada minyak.

Di lain sisi, kemunculan Riyadh Air berpotensi menimbulkan pertempuran sengit memperebutkan calon penumpang. Mereka akan berhadapan langsung dengan raksasa regional lain, seperti Emirates, Qatar Airways, dan Turkish Airlines.

Terlebih, Arab Saudi sedang dalam negosiasi lanjutan untuk memesan hampir 40 jet A350 dari Airbus sejak Oktober 2022. Ada juga lobi-lobi dengan Boeing sebagai sarana perluasan transportasi kerajaan.

Lobi-lobi tersebut dibenarkan oleh kepala Saudi Arabian Airlines yang merupakan maskapai milik negara. Ia mengatakan mereka sedang dalam pembicaraan dengan Boeing dan Airbus untuk memesan armada baru, baik untuk mereka maupun maskapai baru yang direncanakan.