Tantrum

Tantrum, Cara Anak Belajar Melepaskan Emosi

Tantrum adalah cara anak menyampaikan emosinya, bisa dengan menangis atau teriak. Meski wajar terjadi tapi harus ditangani dengan benar.

Ilustrasi Tantrum pada Anak. Foto: Getty Images

apahabar.com, JAKARTA - Tantrum adalah cara anak menyampaikan emosinya, bisa dengan menangis atau teriak. Meski wajar terjadi tapi harus ditangani dengan benar. 

Tantrum atau temper tantrum adalah ledakan emosi yang terjadi karena kemarahan atau frustasi. Biasanya diselingi dengan berbagai kebiasaan seperi berteriak, menendang, memukul, dan menggigit. Biasa terjadi pada balita atau anak yang lebih besar.

Menurut Ray Levy, Ph.D., seorang psikolog di Dallas, Texas, AS, tantrum disebabkan karena permasalahan simpel, seperti tidak mendapatkan apa yang anak mau. 

Mengenali Tantrum pada Anak
Mengenali Penyebab dan Penanganan Tantrum Pada Anak. Foto: unsplash

Tantrum berasal dari hal yang paling mudah, yaitu tidak mendapatkan hal yang mereka inginkan. Ini dapat dimulai ketika anak berusia 18 bulan, saat masa perkembangan anak dimulai.

Baca Juga: 10 Persen Anak Usia Remaja Alami Gangguan Kesehatan Mental dan Emosional

Riset menemukan bahwa 70% anak berusia 18 hingga 24 bulan mengalami tantrum, seperti berteriak dan menangis, untuk memberitahukan keinginan mereka seperti lapar, lelah atau sakit.

"Anak akan frustasi karena tidak mendapatkan respon yang mereka inginkan," tutur Dr. Levy, seperti dikutip dari Parents.

Tantrum merupakan hal yang wajar terjadi pada seorang anak, dan bukan menunjukkan parenting yang buruk. Hal ini menunjukkan perkembangan dalam tumbuh kembang anak.

Ini merupakan proses masa anak belajar mengelola emosi saat belum dapat mengomunikasikan keinginannya dengan jelas.

Seorang anak akan masih tantrum saat mencapai usia prasekolah, hal ini digunakan sebagai cara mereka untuk mengendalikan emosi. Setiap anak memiliki cara penanganan yang berbeda, dalam mengurangi frekuensi mengamuk pada anak.

"Tantrum mengajarkan anak untuk belajar berdamai dengan pemikiran negatif mereka," demikian disampaikan Linda Rubinowitz, Ph.D, psikologis keluarga di The Family Institute, Northwestern University, in Evanston, Illinois.

Baca Juga: Pola Asuh Keluarga Berpengaruh pada Gangguan Mental Emosional Anak

Tantrum sering kali sulit untuk diprediksi pada anak, namun dapat menguranginya dengan cara mengajarkan anak untuk memahami emosi mereka, serta menghindari pemicu tantrum tersebut terjadi.

Cara Penanganan Tantrum yang Benar

Dilansir Akademi Pediatri Amerika (AAP), orangtua harus bereaksi setenang mungkin saat menghadapi anak yang tantrum, dan hindari untuk terlihat marah atau kecewa.

"Ketika mendisiplinkan anak, sangat penting untuk fokus terhadap kebiasaan mereka, dan tidak menyerang terhadap emosi mereka," kata Murray Straus, Ph.D, seorang sosiolog.

Mengalihkan Perhatian Anak

Terkadang cara ini dapat dilakukan dengan menawarkan anak dengan mainan atau buku yang mereka sukai. Orang tua juga dapat mengalihkan perhatian sang anak terhadap benda di sekitar.

Orang tua juga dapat menarik anak mereka dari keramaian saat tantrum, dan menenangkan mereka agar tidak mengganggu orang lain.

Membiarkan Anak Melepaskan Emosinya

Jika anak mengalami tantrum di rumah, biarkan ia melepaskan emosinya dengan menagis. Dan menenangkan mereka serta melakukan diskusi mengenai keinginan mereka, untuk mencari solusinya.

Orang tua juga dapat mengajarkan mereka untuk berekspresi dan menyampaikan keinginan mereka dengan cara yang baik. Dengan mengajarkan anak hal tersebut dapat mengurangi tantrum pada anak.