Religi

Tangannya Dicium Habib Mundzir, Preman Langsung Bertobat

apahabar.com, BANJARMASIN – “Bukan petir yang menumbuhkan pepohonan, tapi hujan yang turun dengan kelembutan.” Perkataan tersebut…

ilustrasi Habib Mundzir Al Musawa mencium tangan premanFoto – bangkitmedia.com

apahabar.com, BANJARMASIN - "Bukan petir yang menumbuhkan pepohonan, tapi hujan yang turun dengan kelembutan." Perkataan tersebut setidaknya mengisyaratkan, cara-cara kekerasan tidak efektif dipakai dalam menumbuhkan kesadaran beragama.

Habib Mundzir Al Musawa semasa hidupnya berdakwah dengan cara yang lembut. Cara kekerasan, menurut beliau, hanya akan melahirkan kekerasan lainnya.

Satu contoh dakwah lembut Habib Mundzir adalah ketika beliau menghadapi seorang preman yang ditakuti di Jakarta, sementara masyarakat ingin menggelar Majelis Rasulullah di daerah itu.

Karena tidak ada jalan lain, Habib Mundzir pun turun tangan. Beliau bermaksud mendatangi preman itu di rumahnya. Sesampainya di sana, Habib melihat si preman sedang duduk santai di kursi teras rumahnya. Habib pun mengucapkan salam. Namun tak ada jawaban dari si preman. Dia hanya menatap Habib dengan tatapan kebencian.

"Mau apa?" bentaknya.

Habib membalas bentakan itu dengan senyuman. Beliau tak berkata apa-apa, hanya mengulurkan tangan ke arah si preman. Masih dengan tatapan yang sama, si preman menyambut uluran tangan habib dengan sedikit enggan.

Melihat si preman mengulurkan tangannya, Habib Mundzir lekas menjabat tangan itu, lalu menciumnya.

Si preman yang tadi menatap penuh benci, mendadak takjub. Dia tak mengira akan diperlakukan sebaik itu.

Ketika preman itu bungkam, Habib mengutarakan maksud kedatangannya, "Saya Mundzir bin Fuad. Saya mewakili pemuda di sini, memohon restu dan izin bapak, agar mereka membuat majelis di mushalla deket sini."

Preman itu terdiam, wajahnya memerah, sementara air mata tiba-tiba meleleh di pipinya.

"Seumur hidup saya, belum pernah ada kiai datang ke rumah saya. Lalu kini, Pak Ustaz datang ke rumah saya, mencium tangan saya. Tangan ini belum pernah dicium siapa pun. Bahkan anak-anak saya pun jijik pada saya dan tak pernah mencium tangan saya. Semua tamu saya adalah penjahat, mengadukan musuhnya untuk dibantai, menghamburkan uangnya pada saya agar saya mau berbuat jahat lagi dan lagi. Kini datang tamu minta izin pengajian pada saya. Saya ini bajingan, kenapa minta izin pengajian suci pada bajingan seperti saya."

Baca Juga: Penyerangan Kadivpas Kemenkumham Kalsel Diduga Orang 'Dalam', Kakanwil Ogah Bela

Preman itu terus menangis dan bersimpuh kepada Habib Mundzir. Dia benar-benar bertobat dan kemudian aktif menjadi anggota Majelis Rasulullah yang diasuh Habib Munzir Al Musawa.

sumber: Majelis Rasulullah
Editor: Muhammad Bulkini

Tags
Religi