Prediksi Pertumbuhan Ekonomi

Tahun Politik Berpotensi Picu Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5 Persen

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun politik bakal mengalami penurunan di

Core Economic Outlook 2023 di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (12/12). foto: apahabar.com/Ayyubi

apahabar.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal memprediksi pertumbuhan ekonomi di tahun politik bakal mengalami penurunan di kisaran 4,9-5 persen.

Tidak hanya itu, perekonomian negara maju saat ini masih terkontraksi. Kondisi tersebut, secara tidak langsung berimbas pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Faisal mencontohkan krisis properti di China, dinilainya berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian global dan Indonesia.

Baca Juga: BPS Tangkap Perubahan Ekosistem Transaksi Ekonomi

Baca Juga: BPS Temukan Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat Pasca-Pandemi

Ini disebabkan China selama ini merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Selain itu, China juga merupakan negara dengan penyumbang pertumbuhan ekonomi di dunia.

"Sektor properti itu menyumbang 24 persen sampai 30 persen daripada PDB China, dan China menyumbang perekonomian dunia dalam 10 tahun terakhir kurang lebih 41 persen. Jauh lebih besar dari Amerika Serikat (AS) 22 persen dan Eropa hanya 9 persen," ujarnya dalam Core Economic Outlook 2023 di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Selasa (12/12).

Selain itu, pengaruh pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan dipengaruhi harga komoditas yang melemah. Seperti harga minyak mentah, minyak kelapa sawit, batu bara, hingga logam dasar.

Baca Juga: 10 Kota Biaya Hidup Termahal, DKI Jakarta Urutan Pertama!

Baca Juga: Ada 3 Kota ‘Ngapak’ di Deretan Kota dengan Biaya Hidup Termurah

Sedangkan konsumsi domestik diperkirakan juga bakal bergerek melemah. Hal itu kata dia disebabkan karena upah pekerja yang belum mengalami kenaikan yang signifikan.

"Hal ini membuat kalangan menengah ke bawah akan menahan konsumsi. Tercermin dengan menurunnya penjualan kendaraan bermotor dan rumah," jelasnya.

Faisal juga mengungkapkan angka inflasi tahun depan diprediksi mengalami penurunan di kisaran angka 2,5-3 persen. Meski begitu, Faisal turut mewaspadai mengenai potensi kenaikan harga pangan yang menyebabkan inflasi pangan diprediksi akan lebih tinggi.

"Konsumsi rumah tangga stabil akan cenderung melemah, investasi relatif stabil karena perlambatan karena faktor tahun politik diredam dengan kebijakan hilirisasi, ekspor melemah karena surplusnya menipis, belanja pemerintah menguat," pungkasnya.