Pertanian Berkelanjutan

SwissCham Indonesia Wujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Antisipasi Krisis Iklim

Industri pangan yang tergabung dalam SwissCham iap mendukung dan mewujudkan usaha pertanian bekelanjutan.

Dari kiri ke kanan: CEO Koltiva Manfred Borer, Presiden Direktur Syngenta Indonesia Kazim Hasnain, Head of Corporate Sustainable agriculture Nestle Indonesia Syahrudi dan, Head of Swiss Economic Coorperation Philip Orga usai diskusi "Membentuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan Indonesia Melalui Kolaborasi dan Inovasi Teknologi" di Jakarta, Rabu (24/5/2023). Foto: Swisscham Indonesia

apahabar.com, JAKARTA - Industri pangan yang tergabung dalam SwissCham Indonesia atau Kamar dagang Swiss-Indonesia siap mendukung dan mewujudkan usaha pertanian bekelanjutan di Tanah Air sebagai salah satu upaya menghadapi perubahan iklim.

Perusahaan anggota SwissCham yakni Nestlé, Syngenta, dan Koltiva dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (25/5), menjelaskan dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, seluruh pelaku bisnis dapat memprioritaskan pembangunan berkelanjutan sebagai langkah kritis untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu Indonesia mencapai pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestlé Indonesia Syahrudi memaparkan pihaknya dengan mitra petani bersama memajukan praktik pertanian regeneratif, sebagai jantung di sistem pangan kami.

"Kami percaya kolaborasi yang kami bangun menuju pertanian berkelanjutan, akan menciptakan manfaat bagi petani, bisnis, dan pada saat yang sama menciptakan dampak positif bagi lingkungan," ujarnya.

Baca Juga: Perkuat Ketahanan Pangan, Rajawali Salurkan 2,7 Juta Liter Minyakita

Sementara itu President Director of Syngenta Indonesia Kazim Hasnain menjelaskan bahwa petani Indonesia harus memenuhi perubahan kebutuhan lingkungan dan harapan regulator, konsumen, serta pengolah makanan dan pedagang.

"Ada tekanan yang meningkat dari perubahan iklim, erosi tanah, dan hilangnya keanekaragaman hayati dan dari perubahan selera konsumen terhadap makanan dan kekhawatiran tentang cara produksinya. Dan alam pertanian, seperti gulma, hama dan penyakit terus menjadi tantangan tersendiri," katanya.

Terkait hal itu, menurut dia, pihaknya berfokus pada upaya memajukan teknologi yang digunakan petani untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas mereka, sembari memastikan, melalui ilmu pengetahuan, bahwa teknologi tersebut juga mengatasi tantangan keberlanjutan dalam pertanian.

Baca Juga: Pemerintah Gelontorkan Rp16,3 Triliun untuk Ketahanan Pangan

CEO Koltiva Manfred Borer menambahkan ketertelusuran memiliki peran penting dalam membangun rantai pasokan yang bertanggung jawab dan etis, yang menguntungkan pelanggan, pemangku kepentingan, dan lingkungan kami.

"Dengan kontribusi yang signifikan dari sektor pertanian terhadap PDB Indonesia, kami menyadari pentingnya solusi inovatif untuk mempromosikan keberlanjutan sembari mematuhi standar peraturan," ujarnya.

Sebelumnya Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menyatakan pentingnya kolaborasi dan inovasi teknologi untuk membangun pertanian yang berkelanjutan di Indonesia.

Baca Juga: Dalami Bisnis 'End to End' Pangan Brasil, Bapanas: Perkuat Stok Pangan

"Saya yakin kita bisa membentuk masa depan pertanian berkelanjutan Indonesia melalui kolaborasi dan inovasi teknologi," ujarnya dalam diskusi "Membentuk Masa Depan Pertanian Berkelanjutan Indonesia Melalui Kolaborasi dan Inovasi Teknologi".

Sementara itu Kepala Kerjasama Ekonomi Swiss, Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, Philipp Orga mengatakan melalui Program Kerjasama yang dilaksanakan Kedutaan Swiss di Indonesia pihaknya berkomitmen untuk mendukung produksi komoditas berkelanjutan di Tanah Air.

Program Lanskap Berkelanjutan Indonesia (SLPI) yang didanai Swiss bekerja dengan perusahaan swasta di 10 kabupaten di Pulau Sumatra dan Kalimantan untuk menciptakan peluang ekonomi bagi petani sekaligus melindungi lingkungan dan mengatasi perubahan iklim.