News

Survei Indikator Politik Temukan 78 Persen Masyarakat Menolak Kenaikan Harga BBM

apahabar.com, JAKARTA – Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei tentang sikap masyarakat Indonesia tentang kenaikan harga…

Suasana antrean masyarakat di SPBU Pertamina. Foto: Apahabar.com/BS

apahabar.com, JAKARTA - Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei tentang sikap masyarakat Indonesia tentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Hasilnya, mayoritas masyarakat menunjukan penolakan kenaikan BBM subsidi yang sudah diumumkan pemerintah, Sabtu (3/9/2022).

Survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia dilakukan sebelum kenaikan harga BBM diresmikan. Survei tersebut melibatkan 1.219 orang responden melalui wawancara yang dilakukan lewat telepon dengan pertanyaan dengan memunculkan pertanyaan "Apakah ibu/bapak tahu atau pernah dengar berita bahwa pemerintah berencana menaikan harga BBM bersubsidi?"

"Kita temukan 78,7 persen menolak rencana kenaikan harga bbm, itu baru rencana ya sekarang sekarang sudah jadi manifest. Berdasarkan sikap responden ketika pemerintah baru berencana itu penolakannya hampir 80 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi saat merilis survei Sikap Publik terhadap Pengurangan Subsidi BBM, Rabu (7/9/2022).

Burhanuddin memaparkan bahwa dari seluruh responden, yang mengatakan tahu harga BBM akan naik cukup besar yaitu berada diangka 71,8 persen, menurutnya dari survei tersebut punya semacam gambaran bahkan sebelum kebijakan pemerintah yang tidak popular ini dilakukan mayoritas publik tahu rencana tersebut.

Survei nasional yang dilakukan pada 25 sampai 31 Agustus 2022 itu juga menjelaskan bahwa 28,2 persen responden yang tidak tahu harga BBM akan naik, kemudian hanya 2,4 persen yang menyatakan sangat setuju, 15,6 persen yang menyatakan setuju, 33,6 persen kurang setuju, 45,1 persen menyatakan tidak setuju sama sekali dan 3,4 persen tidak tahu atau tidak jawab.

"Dari semua kategori demografi itu mayoritas tidak setuju, sebagian besar tidak setuju kecuali hanya segelintir segmen," jelas Burhanuddin.

Selaras dengan temuan pertanyaan survei di atas, Burhanuddin juga memaparkan survei dengan pertanyaan mengenai kenaikan harga bahan bakar dunia yang mengalami kenaikan.

Hasilnya, sebanyak 56,2 persen menyatakan meski harga bahan bakar dunia naik tapi pemerintah harus berupaya agar harga bahan bakar tidak dinaikan, termasuk jika harus menambah utang.

Lalu sebanyak 32,4 persen masyarakat atau responden merasa harga bahan bakar dunia memang mengalami peningkatan dan mereka setuju untuk mengurangi beban APBN sebaiknya harga BBM juga dinaikan. Sedangkan sebanyak 11,5 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab

"Jadi masyarakat kita maunya yang enak-enak saja. Jadi mereka tahu harga minyak dunia mengalami kenaikan. Tetapi kalau bisa pemerintah tidak menaikan harga BBM, termasuk supaya tidak dinaikan ya nyari utang aja," pungkasnya.

Reporter: Resti