Survei DTKJ: 63,9% Masyarakat Gunakan Tarif Integrasi JakLingko

Dari hasil survei Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), sebanyak 63,9% masyarakat telah menggunakan tarif integrasi JakLingko.

Ilustrasi, dua kereta MRT berada di stasiun Lebak bulus Jakarta. Foto-Liputan6.com/Angga Yuniar

apahabar.com, JAKARTA - Hasil survei Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), sebanyak 63,9% masyarakat telah menggunakan tarif integrasi JakLingko.

Tarif integrasi JakLingko telah diterapkan di tiga moda transportasi umum, yaitu TransJakarta, MRT dan LRT. Data survei tersebut diperoleh dari 1.550 responden yang merupakan pengguna transportasi umum di Jabodetabek. 

"Berdasarkan tanggapan responden, 63,9% masyarakat sudah pernah menggunakan tarif integrasi JakLingko yang telah diterapkan di tiga moda transportasi umum di Jakarta," demikian keterangan dalam rilis hasil survei DTKJ, Rabu (29/3).

Baca Juga: Dirut Transjakarta Mengundurkan Diri, Pj. Heru: Alasan Kesehatan Mungkin

DTKJ memandang hal ini menjadi tren positif dalam peningkatan penggunaan transportasi umum di Ibu Kota. Sekalipun 36,1% responden mengaku belum pernah merasakan tarif integrasi.

Sebanyak 66,7% responden menggunakan tarif integrasi dengan intensitas antara 1-2 kali dalam seminggu, 21,4% selama 3-4 kali seminggu dan 11,9% selama 5-6 seminggu.

Moda yang paling banyak digunakan untuk tarif integrasi JakLingko adalah TransJakarta dengan MRT maupun sebaliknya, yaitu sebesar 65,7% diikuti oleh perjalanan antarmoda TransJakarta dengan MRT kemudian dilanjutkan dengan TransJakarta sebesar 22,1%.

Baca Juga: TransJakarta Kembali Operasikan 9 Halte Terdampak Proyek LRT

Sementara untuk perpindahan 3 mode transportasi, yaitu MRT-TransJakarta-LRT maupun sebaliknya cenderung kecil, yaitu sebesar 12,2% dan perjalanan menggunakan TransJakarta-MRT-TransJakarta-LRT hanya 9,9%. Rinciannya sebagai berikut:

1. TransJakarta-MRT (sebaliknya): 65,7%
2. TransJakarta-LRT (sebaliknya): 15,5%
3. MRT-TransJakarta-LRT (sebaliknya): 12,2%
4. TransJakarta-MRT-TransJakarta: 22,1%
5. TransJakarta-LRT-TransJakarta: 6,7%
6. TransJakarta-MRT-TransJakarta-LRT (sebaliknya): 9,9%.

Sebanyak 61,8% responden menggunakan kartu uang elektronik (KUE) untuk pembayaran tarif integrasi JakLingko. Sementara 15,4% responden memakai tarif integrasi dengan aplikasi JakLingko dan 22,8% memakai keduanya.

Responden juga menyampaikan sejumlah kendala penerapan tarif integrasi menggunakan dua metode tersebut. Keluhan paling besar bagi responden menurutnya adalah metode pembayaran yang belum banyak pilihan.

Baca Juga: Kenapa Transportasi Umum Belum Jadi Pilihan Utama di Indonesia?

Kendala lainnya yaitu pemilihan moda secara otomatis pada aplikasi kurang efektif (157 responden), tidak ada fitur ubah tujuan (135 responden), metode cashback saldo ke aplikasi butuh waktu lama (104 responden), serta tidak bisa mendaftarkan KUE yang telah diaktivasi tarif integrasi ke dalam aplikasi (82 responden).

Kendala lainnya terjadi juga pada penerapan tarif integrasi dengan KUE. Sebagian responden tidak mengetahui gate khusus tarif integrasi pada suatu moda. Lalu, kartu yang sudah diaktivasi tidak terbaca tarif integrasi (160 responden).

Kendala lainnya terjadi juga pada penerapan tarif integrasi dengan KUE. Sebagian responden tidak mengetahui gate khusus tarif integrasi pada suatu moda. Lalu, kartu yang sudah diaktivasi tidak terbaca tarif integrasi (160 responden).

Hasil survei juga menemukan bahwa kartu tidak bisa diaktivasi di alat BCT (126 responden), kartu JakLingko edisi OK Otrip (berwarna biru) tidak bisa mendapatkan tarif integrasi (116 responden).

Kendala selanjutnya, alat BCT tidak mendeteksi lokasi terakhir KUE tersebut di tap (114 responden), tidak mengetahui jenis kartu apa saja yang bisa diaktivasi di alat BCT (106 responden); serta besaran tarif yang terpotong saat tap kartu melebihi Rp 10.000 (98 responden).