BPJS Kesehatan Barabai

Suka Duka Husna Jadi Kader BPJS Kesehatan Barabai

apahabar.com, BARABAI – Berawal dari keinginan membantu pemerintah dalam menyukseskan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Husna…

Kader JKN di Kantor BPJS Cabang Barabai, Husna Hayati. Foto-Reza for apahabar.com

apahabar.com, BARABAI – Berawal dari keinginan membantu pemerintah dalam menyukseskan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), Husna Hayati (27) terpanggil bergabung menjadi Kader JKN di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Barabai.

Kader JKN adalah mitra BPJS Kesehatan dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Program JKN-KIS. Khususnya dalam bidang penagihan atau pengumpulan iuran peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU).

Wanita yang akrab disapa Husna ini menceritakan awal mula menjadi Kader JKN. Ia mendapat info dari rekannya sesama aparatur desa yang sudah menjadi kader terlebih dahulu di daerah lain.

Sang rekan pun menceritakan tugas dan benefit yang didapat. Dari situ Husna mantap menjadi kader. Dia pun sudah menjalani aktivitas itu selama kurang lebih 6 bulan.

Suka duka dalam menjalankan tugas pun telah dialami ibu satu anak ini. Mulai dari peserta antusias hingga kasar, tak jarang dihadapi.

"Kalau yang sampai nutup pintu Alhamdulillah belum pernah, kalo yang teman-teman yang lain ada yang sampai seperti itu," kata Husna seraya tersenyum saat ditemui di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Barabai, Rabu (5/1).

Husna menceritakan, kendalanya terdapat pada kesadaran akan kewajiban peserta yang masih rendah. Bahkan ada yang tidak percaya kepesertaannya berlaku seumur hidup.

"Terkadang masyarakat beranggapan bahwa JKN-KIS ini disamakan dengan asuransi swasta yang bisa berhenti kapan saja, karena tidak percaya saya suruh saja datang sendiri ke Kantor BPJS Kesehatan Barabai," beber Husna.

Baca Juga:BPJS Kesehatan Kenalkan Fitur Baru Mobile JKN

Kader yang berteritori di Kecamatan Labuan Amas Selatan (LAS) dan Kecamatan Barabai ini telah menemui masyarakat dari berbagai latar belakang ekonomi.

Sejauh yang dia temui, kalangan dengan ekonomi menengah ke bawah jauh lebih “welcome”.

"Kalo ekonomi menengah ke atas agak lebih susah karena mereka beranggapan tidak pernah memakai, dan cenderung lebih sulit untuk diedukasi," keluh Husna.

Rata-rata masyarakat dengan ekonomi bawah tidak membayar karena memang terbentur dengan kondisi keuangan mereka. Namun kesadarannya malah justru ada karena mereka juga sebagian besar sudah pernah mendapatkan manfaat dari JKN-KIS.

"Bahkan dari kalangan mereka ada yang minta dikunjungi lagi, barangkali saat dikunjungi selanjutnya sudah terkumpul uangnya," tutur wanita asal Desa Taal ini.

Namun, menurut Husna menjadi seorang Kader JKN merupakan panggilan hati yang tidak semua orang mau dan mampu untuk melakukannya.

Kepuasan yang didapat jika orang-orang yang ia kunjungi menjadi paham tentang Program JKN-KIS dan komitmen untuk membayar iuran rutin tiap bulannya.

Ia berharap ke depannya Program JKN-KIS akan selalu ada dalam memberikan kepastian jaminan kesehatan kepada masyarakat dan dapat memperbanyak jumlah Kader JKN agar masyarakat lebih teredukasi mengenai Program JKN-KIS.

Baca Juga:Jalan Kaki Telusuri Nusantara, Pria asal Sumedang Berbekal JKN KIS

Reporter: HN Lazuardi
Editor: Muhammad Bulkini